REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siswi MTs yang menjadi korban pemerkosaan dan penyekapan selama lima hari oleh 10 orang (gang rape) di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, mendapatkan penanganan serius dari dua psikiater, satu psikolog dan tiga dokter di salah satu rumah sakit jiwa (RSJ) di Padang, Sumatra Barat.
“Awalnya korban tidak mengenal siapa dirinya, apalagi dengan orang di sekitarnya,” kata ayah korban berinisial YE, saat dihubungi RoL ,dari Jakarta Ahad (20/4).
YE mengatakan, setelah mendapatkan penanganan di RSJ Padang, korban mulai mengenali diri sendiri bahkan mulai mengingat bagaimana kejadian yang dilakukan para pelaku.
Korban mengatakan kepada sang ayah bahwa selama disekap, tidak ada makanan yang diberikan. Saat kondisi korban sadar, pelaku memberi rokok dan minuman keras disertai dengan tindak kekerasan dan asusila.
Kejadian bermula saat korban berpamitan untuk belajar kelompok bersama teman-teman sekolah untuk mempersiapkan ujian nasional (UN), tepatnya pada Selasa (18/3) sore.
“30 menit kemudian, korban menelepon hanya mengatakan ‘mama mama mama’, dari nada bicaranya yang tidak enak lalu saya susul,” lanjut ayah korban.
Karena tidak menemukan sang anak, malamnya, keluarga besar melapor kepada pihak kepolisian. Tetapi, sayangnya polisi hanya menerima laporan keluarga korban dan tidak langsung mengadakan pencarian.
Korban ditemukan pada Sabtu (22/3) ketika seorang laki-laki yang tidak mau disebutkan namanya mendengar sebuah berita ada anak gadis yang hilang pada Selasa. Pria itu lalu datang ke Polsek Guguk untuk melihat foto anak hilang, dan ternyata sama dengan gadis yang dia lihat pada Selasa lalu, di sebuah bukit.
Pria ini mengatakan, ada seorang gadis yang meminta tolong. Gadis tersebut berada di pematang sawah bersama dua pria. Korban lalu dibawa ke bukit dengan ekspresi yang sangat ketakutan. Saat itu, pria ini belum mendengar adanya laporan orang hilang. Dengan alasan tidak mau mencampuri urusan orang lain, pria ini tidak mencari tahu lebih lanjut.