REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Burhanudin Muhtadi menyoroti ketidakseriusan internal PDI Perjuangan (PDIP) dalam mendukung Jokowi menjadi capres. Dia menyatakan, Jokowi bisa gagal terpilih menjadi presiden meski memiliki elektabilitas lebih tinggi ketimbang tokoh lain.
"Itu isu serius. Ada keengganan fraksi memperjuangkan Jokowi. Tim tidak solid," kata Burhanudin, Selasa (15/4).
Menurut dia, 'Jokowi Effect' sebenarnya ada dan nyata. Sayangnya, potensi itu tidak dimaksimalkan Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP. Bahkan, dalam pemasangan iklan televisi yang lebih ditonjolkan bukan Jokowi.
Dampaknya, elektabilitas Jokowi yang tinggi semakin menurun. Bahkan, diikuti raihan suara PDIP yang meleset dari target 27 persen.
"Ini ada birokratisasi pemenangan PDIP. Di pileg, Bappilu lebih berkuasa dan membuat pendukung Jokowi yang didukung masyarakat enggan memilih Jokowi," ujarnya.
Dia berharap, dualisme tim pemenangan di pileg dapat berakhir. Kalau tidak, peluang Jokowi untuk dikalahkan sangat terbuka. Karena kalau masalah itu tidak dibenahi maka PDIP bisa hancur sendiri.
"Kendali pemenangan pemilu di tangan Puan (Maharani) tak bisa memaksimalkan potensi kekuatan Jokowi. Harus ada perubahan marketing politik."