REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, melalui Dinas Pertanian setempat mengembangkan 17 komoditas tanaman hortikultura, karena permintaan pasar cukup tinggi.
"Kami berharap pengembangan komoditas unggulan hortikultura dapat meningkatkan pendapatan pertumbuhan ekonomi masyarakat," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna di Lebak, Kamis.
Ia mengatakan pihaknya terus meningkatkan produktivitas komoditas tanaman hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.
Saat ini, produksi komoditas hortikultura sekitar 8.694.984 kuintal dengan luas 389.204 hektare.
Karena itu, pihaknya berharap produktivitas tanaman hortikultura meningkat.
Selain itu pengembangan tanaman itu guna mendorong pendapatan ekonomi petani.
Selama ini, produksi 17 komoditas hortikultura relatif rendah sehingga masih mendatangkan dari daerah lain.
Ke-17 tanaman hortikultura itu antara lain alpukat, belimbing, duku, durian, mangga, manggis, rambutan, salak, pisang, nangka dan nenas.
"Saya yakin ke depan 17 komoditas unggulan yang ada di Lebak menjadikan andalan ekonomi petani," katanya.
Menurut dia, selama ini prospek pengembangan tanaman hortikultura cukup cerah sehingga dapat memenuhi pasar dalam negeri maupun mancanegara.
Sebab petani di sini berhasil mengembangkan tanaman hortikultura untuk bisa bersaing dengan pasar.
Bahkan, Lebak merupakan penghasil produksi hortikultura terbesar di Provinsi Banten dan diantaranya komoditas manggis dan rambutan masuk pasar ekspor.
Permintaan komoditas rambutan dan manggis untuk Pasar Eropa dan Timur Tengah cenderung meningkat.
Pengembangan tanaman hortikultura yang sudah berkembang di Kabupaten Lebak yakni manggis di Kecamatan Cipanas, Bayah, Lebakgedong, Sobang dan Muncang.
Buah durian di Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cirinten, Muncang dan Bojongmanik. Kawasan buah duku di Kecamatan Warunggunung, Cikulur, dan Cibadak.
Komoditas buah mangga di Kecamatan Panggarangan, Malingping, Cihara dan Bayah, sedangkan, buah rambutan dan salak di Kecamatan Maja, Cimarga Curugbitung, Rangkasbitung, Cijaku, Leuwidamar dan Sajira.
Duloh, seorang petani rambutan tangkue Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak mengaku dirinya setiap panen selalu memasok ke pasar Timur Tengah melalui perusahaan dari Jakarta.
Namun, kata dia, buah rambutan tangkue itu sebelum diekspor terlebih dulu disortir.
Pihaknya mengembangkan buah rambutan tangkue ini, karena biaya produksinya tidak besar dibandingkan tanaman karet.
"Kami musim panen terkadang cuaca jika cuaca hujan terus tentu produksi berkurang," katanya.