REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Kasal Laksamana TNI Marsetio, Senin, memberangkatkan 30 kapal perang 18 negara peserta Latihan Bersama Multilateral Naval Exercise Komodo (Latma MNEK) 2014 dari perairan Batam menuju Anambas dan Natuna, Kepulauan Riau, untuk melaksanakan simulasi penanggulangan bencana.
Sebelumnya diberitakan sebagian perairan Natuna dimasukkan Cina ke dalam klaim wilayahnya.
"Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio melakukan inspeksi akhir pada kapal-kapal tersebut sebelum dilepas untuk bertolak ke Anambas dan Natuna," kata Kepala Dinas Penerangan Koarmabar Letkol laut (KH) Agus Cahyono di Batam, Senin.
Ia mengatakan, kapal yang diinspeksi merupakan kapal TNI Angkatan Laut, dan kapal-kapal milik peserta dari negara lain.
Agus mengatakan kapal bergerak dari perairan Batam sekitar pukul 08.00 WIB dan akan melaksanakan kegiatan di Anambas dan Natuna pada 2-4 April.
Di perairan laut Anambas dan Natuna, sekitar 40 kapal (10 unit sudah di tempat) peserta Multilateral Naval Exericise Komodo 2014 dari 18 negara akan melakukan simulasi penanganan bencana yang diskenariokan berupa ledakan rig pengeboran minyak lepas pantai sehingga mencemari lautan.
Seluruh kapal akan saling membantu menanggulangi akibat dari pencemaran termasuk dampaknya bagi masyarakat.
Latma MNEK 2014 diikuti seluruh negara ASEAN, serta India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan Australia (peninjau), dibuka resmi oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, di Batam, Sabtu (29/3).
Protokol
Latihan Bersama MNEK 2014 bertujuan menyusun protokol kerja sama antarnegara dalam penanggulangan bencana, terutama yang terjadi di wilayah perairan, kata Direktur Latma Komodo Laksma TNI Amarullah Oktavian.
"Pelatihan ini akan menetapkan standar penanggulangan bencana," kata Amarullah Oktavian di Batam.
Ia mengatakan selama ini belum ada kesepakatan antarnegara untuk standar baku untuk penanganan bencana yang ditanggulangi banyak negara.
Protokol yang akan dilakukan, terutama terkait tata cara komunikasi, frekuensi yang digunakan dan pemberian izin bagi kapal perang suatu negara memasuki wilayah negara lain yang terkena bencana.
Kegiatan tersebut dimulai sejak 29 Maret 2014 dengan berbagai aktivitas persiapan di kawasan Harbour Bay Batam.