REPUBLIKA.CO.ID, TULANGBAWANG -- Operasional pertambakan udang modern PT Centralpertiwi Bahari (CPB) Kabupaten Tulangbawang Provinsi Lampung kini semakin bergairah.
Semangat melakukan budi daya dan bermitra ditunjukkan oleh semua pihak yang terlibat, dengan berkumpul dan memanjatkan doa untuk keberhasilan bersama yang dilakukan di Pendopo Kampung Bratasena Adiwarna, Minggu.
Dengan mulai terjadi peningkatan produktivitas PT CPB ini, diharapkan akan dapat turut mengembalikan Lampung sebagai salah satu lumbung udang nasional dan kembali menyumbang devisa yang cukup besar bagi daerah maupun nasional melalui ekspor udang, kata Direktur PT CPB Armand Zakaria Diah.
Dia menyatakan rasa syukurnya, dan memberikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang telah mewujudkan acara Syukuran Bersama Normalisasi CPB, sehingga budi daya udang di perusahaan itu dapat terus bergulir menuju sukses yang lebih baik seperti yang selama ini sudah berhasil dicapai.
"Sejak tahun lalu hingga saat ini tambak PT CPB telah kembali melakukan budi daya. Dari hasil panen yang dilakukan, tidak sedikit petambak plasma yang meraih keuntungan usaha nominalnya dan patut kita syukuri," ujar Arman.
Ia menyebutkan, hingga saat ini CPB sudah membudidayakan udang pada lebih dari 1.500 areal tambak, dengan hasil panen sesuai dengan standar budi daya yang ditetapkan.
"Syukuran bersama yang dilaksanakan antara inti dan petambak plasma ini, diharapkan dapat lebih menjalin harmonisasi antara inti dan petambak plasma, sehingga budi daya udang di CPB dapat terus berkelanjutan untuk mencapai kebangkitan, kejayaan, dan kemakmuran di Bumi Bratasena," ujar Head of Farmer Relation & Communication CPB Fajar Saptoko Putro.
Harapan tersebut juga diamini oleh salah seorang petambak plasma CPB, Sumana Anggara.
"Semoga dengan adanya Syukuran Bersama antara inti dan petambak plasma ini, usaha budi daya udang dengan pola kemitraan di CPB dapat kembali pulih, dan harmonisasi benar-benar dapat diimplementasikan. Kejayaan dan kebangkitan CP Bahari dalam budi daya udang dapat dirasakan kembali oleh inti, petambak plasma maupun para pemangku kepentingan lainnya," kata Sumana.
Dalam acara doa tersebut menghadirkan rohaniawan dan budayawan Emha Ainun Nadjib atau biasa disapa Cak Nun.
Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan Pentas Wayang Kulit Semalam Suntuk bersama dalang kondang Ki Mantep Hikayat dengan lakon Noto Projo Pendowo Limo.