Rabu 19 Mar 2014 13:43 WIB

Cilok di Yogya Tak Mengandung Pengawet dan Pewarna

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Fernan Rahadi
Bakso Cilok. Ilustrasi.
Foto: dapurummipandan.wordpress.com
Bakso Cilok. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA  - Di saat istirahat sekolah di kompleks Sekolah Muhammadiyah Purwodiningratan, sebagian siswa TK hingga SMP ada yang lari keluar gerbang pintu sekolah menuju ke beberapa penjual jajanan anak sekolah.

Tampaknya yang menjadi favorit jajanan mereka adalah sosis/nugget goreng serta cilok. Mereka rata-rata membeli jajan Rp 1.000-Rp 3.000 per anak.  Di kompleks ini ada dua  orang penjual cilok yakni Suwarni, seorang warga Purwodiningratan, dan Kunawi, penduduk Dukuh, Bantul yang menjajakan dengan sepeda onthel .

Suwarni dan Kunawi mengaku membuat cilok sendiri. Bedanya cilok buatan Suwarni bentuknya agak besar dan terbuat dari campuran tepung terigu dan tapioka. Sedangkan buatan Kunawi hanya dari tepung tapioka.

Kedua penjual tersebut  mengaku ciloknya tanpa pengawet maupun pewarna. ''Warna cilok saya asli warna tepung  tapioka, tidak putih bersih. Kalau warnanya putih bersih biasanya menggunakan pewarna,''kata dia yang sudah 25 tahun berjualan cilok dan seringkali mendapatkan penyuluhan tentang makanan sehat.

''Saya sudah sering mendapat penyuluhan dari Dinas Kesehatan Kota maupun dari pihak sekolah agar menjual makanan yang sehat. Saya kalau menjual cilok dalam sehari langsung habis. Sehingga tidak perlu pengawet,''ungkap dia yang setiap harinya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 150 ribu.

Sama halnya dengan Suwarni. Da mengaku pernah mendapat penyuluhan di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta supaya menjual makanan anak sekolah yang sehat tanpa pengawet.

Putri, siswa SMP Muhammadiyah Purwodiningratan mengaku sering membeli cilok karena suka dan enak. ''Kelihatannya sih tidak mengandung pewarna, karena warnanya  tidak putih sekali. Lagi pula dijualnya masih hangat dan tertutup sehingga bisa dijamin keamanan dan kebersihannya,''ungkap dia.

Dari hasil uji lengkap kimia dan mikro biologi terhadap jajanan anak sekolah yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta tahun 2013 terhadap 228 sampel, sebanyak 164 sampel memenuhi syarat (71,9 persen) dan 64 sampel tidak memenuhi syarat (28,1 persen).

Kepala Seksi Layanan Informasi BBPOM di Yogyakarta Soesie Istyorini pada Republika, Rabu (19/3), mengatakan makanan yang mengandung pengawet adalah mie goreng dan pewarna pada sosis goreng.

Sedangkan cilok dan cimol yang ditemukan hanya tidak memenuhi syarat mikro biologi.

''Cilok dan cimol yang tidak memenuhi syarat mikro biologi karena kurang higiene sanitasnya, ''jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement