Selasa 11 Mar 2014 18:01 WIB

Menyulam Alam di Situ Gintung

Rep: c65/ Red: Karta Raharja Ucu
  Prototipe 'Perahu Terbang' (Flyingboat) melaju di atas permukaan air saat uji coba di Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (18/12).    (Republika/Yasin Habibi)
Prototipe 'Perahu Terbang' (Flyingboat) melaju di atas permukaan air saat uji coba di Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (18/12). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa pria nyaris tidak bergerak sembari memegang joran di tepi danau. Para pemancing yang tersebar di beberapa titik di danau berair tenang tersebut khusyuk takut umpannya disambar ikan. Di sudut danau itu lainnya, sejumlah remaja berseragam SMP sedang bercengkerama. Danau yang masih asri nuansa alam itu dikenal sebagai Situ Gintung.

Situ Gintung adalah danau buatan yang terletak di Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Lokasi danau ini berada di sebelah barat daya Kota Jakarta. Awal pembentukan situ adalah sebagai waduk yang berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan untuk perairan ladang pertanian di sekitarnya, dibuat sekira 1932-1933 dengan luas awal 31 ha. Kapasitas penyimpanannya mencapai 2,1 juta meter kubik.

Pada Jumat (7/3) pagi, udara di Situ Gintung masih sejuk. Rimbunnya sejumlah tanaman membuat Situ Gintung menjadi salah satu tempat alternatif liburan alam. Apalagi, pengunjung yang datang tidak dikenai biaya.

Di tengah situ terdapat sebuah sampan untuk mencari ikan. Deny (50) mengaku sengaja mengunjungi Situ Gintung untuk menghilangkan penat. “Kita kan liburnya Jumat, jadi mumpung libur, kita ke sini,” kata Deny sembari turun dari sampan.

Aty, pemilik warung di pinggir situ, menjelaskan, situ yang menjadi bagian dari daerah aliran Cisadane itu ramai dikunjungi pada pagi dan sore hari. Bahkan, katanya, pada malam Ahad, pengunjung bisa hingga pukul 22.00 WIB. “Kalau hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, paling ramai. Suka pada jalan-jalan di sini kalau pagi,” kata Aty (32) sambil menunjuk jalanan berpelur di hadapannya.

Di tengah situ terdapat pulau kecil yang menyambung sampai ke tepi daratan seluas kurang lebih 1,5 ha yang juga dipenuhi sejumlah tanaman. Semenjak medio 1970-an, kawasan pulau dan salah satu tepi Situ Gintung dimanfaatkan sebagai tempat wisata alam dan perairan yang terdapat restoran, kolam renang, dan //outbond//. Pada 2011, sesuai PP No 37 tentang Bendungan Tahun 2010, Situ Gintung bersalin nama menjadi Bendungan Gintung.

Situ Gintung pernah jebol pada 27 Maret 2009. Tanggul selebar 30 meter dengan ketinggian enam meter itu jebol sekitar pukul 04.00 WIB. Sekitar 2,1 juta meter kubik air melanda permukiman yang terletak di bawah tanggul. Sedikitnya 99 orang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.

Namun, kini Situ Gintung sudah bersolek dan menggoda. Pascajebol, pengunjung situ, dikatakan Aty, semakin bertambah. Sayangnya, masih ada yang harus diperbaiki, yakni menumpuknya sampah yang tidak dibersihkan maksimal. Aty mengatakan, petugas sampah tidak datang setiap hari. Hasilnya, di sejumlah titik terlihat sampah berserakan hingga menumpuk.

Kholis (26), mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Tangerang, berharap fasilitas di Situ Gintung ditambah. “Ini //kan// luas, sekitar 21 hektare. Akan lebih bagus seandainya diberi fasilitas hiburan berupa perahu atau bebek-bebekan,” kata mahasiswa fakultas ekonomi itu kepada ROL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement