Selasa 11 Mar 2014 17:14 WIB

Donasi Seribu Kaki Palsu untuk Difabel

Rep: cr02/ Red: Fernan Rahadi
Acara diskusi interaktif  'Langkah dan Semangat Baru' di Sequis Center, Jakarta, Selasa (11/3).
Foto: Sequislife
Acara diskusi interaktif 'Langkah dan Semangat Baru' di Sequis Center, Jakarta, Selasa (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para penyandang difabel cacat tubuh (tunadaksa) kini tidak perlu takut lagi berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Sequislife melakukan kerja sama dengan Yayasan Peduli Tuna Daksa untuk membantu agar para difabel tersebut bisa beraktivitas seperti orang normal lainnya dengan cara mendonasikan 1.000 kaki palsu.

Rina (24) warga Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan mengalami cacat kaki sejak lahir. Ia merasa malu untuk bergaul dengan teman-teman di sekitarnya. Namun kini, setelah mendapatkan bantuan berupa kaki palsu, kepercayaan dirinya mulai tumbuh kembali.

"Sekarang saya bisa bermain lagi seperti biasa bersama teman-teman, dan saya tidak malu lagi untuk dapat melanjutkan masa depan," ujarnya dalam acara diskusi interaktif  'Langkah dan Semangat Baru' di Sequis Center, Jakarta, Selasa (11/3).

Di luar sana masih banyak terdapat difabel yang didiskriminasi oleh lingkungannya. Sering kali mereka menjadi bahan ejekan ataupun dijauhkan dari lingkungan, sehingga merasa sangat tersingkirkan. Supervisor Yayasan Tuna Peduli Tuna Daksa, M. Syaid menilai Jakarta termasuk kota yang kurang ramah terhadap para penyandang disabel baik dari sisi fasiltas umum maupun sosial.

"Jakarta masih menjadi kota yang minim untuk fasilitas penyandang difabilitas dan masih jarang ada program pemberdayaan bagi mereka. Saya menilai bahwa kota yang paling ramah terhadap para penyandang disabilitas adalah Yogyakarta dan Surakarta," kata Syaid.

Syaid mengatakan bahwa penyandang difabel harus diberdayakan agar mereka tak merasa disingkirkan dari lingkungan.

Habibie Afsyah, salah satu penyandang disabel yang kini sukses berbisnis di dunia internet, berharap akan ada banyak fasilitas yang mendukung para penyandang difabel untuk melanjutkan masa depannya. Habibie mengatakan para disabel tidak butuh terlalu banyak bantuan materi. Yang penting adalah fasilitas yang dapat membantu mereka meraih masa depannya.

"Kami akan merasa dikucilkan bila hanya dibantu hanya dengan materi saja. Kami butuh tempat untuk berkreasi, melakukan aktivitas kami, dan melakukan apapun yang kami bisa lakukan," ucapnya. Habibie yakin bahwa kelemahannya merupakan kekuatan yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement