Jumat 07 Mar 2014 18:52 WIB

Kendaraan Umum di Jakarta Dinilai Belum Nyaman

Rep: Heri Ruslan/ Red: Agung Sasongko
 Sejumlah kendaraan angkutan umum dengan kondisi tidak layak jalan terparkir di Terminal mobil barang Pulo Gebang , Jakarta Timur, Kamis (30/8). (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Sejumlah kendaraan angkutan umum dengan kondisi tidak layak jalan terparkir di Terminal mobil barang Pulo Gebang , Jakarta Timur, Kamis (30/8). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kendaraan umum di Ibu Kota Jakarta dinilai belum memberi kenyamanan bagi penumpangnya. Pasalnya, menurut pemerhati kota, Rommy, jalanan DKI Jakarta masih diwarnai kemacetan.

''Sehingga upaya peralihan penumpang dari kendaraan pribadi ke mode transportasi umum belum menunjukkan hasil yang signifikan. Tentunya memang butuh waktu yang tidak sedikit untuk melakukan perubahan ini," ujar penggagas Gerakan #betterjkt, Jumat (7/3).

Menurut Rommy, alangkah baiknya apabila angkot dan bus yang tidak ber-AC lebih baik diganti saja. ''Percuma kan jika naik bus transjakarta yang sejuk, tapi ketika naik bus lanjutannya kotor dan tidak ber-AC," tutur calon anggota DPD daerah pemilihan DKI Jakarta itu.

Menurutnya, lebih baik ada 100 ribu unit transportasi publik yang aman, nyaman dan ramah lingkungan daripada 1 juta kendaraan pribadi di jalanan Jakarta. Data tahun 2012 saja menunjukkan jumlah mobil pribadi di Indonesia mencapai 9,5 juta unit, sepeda motor 77,76 juta unit.

''Bandingkan dengan bus yang berjumlah hanya 1,95 juta unit. Semua mode kendaraan pribadi ini paling banyak disumbang warga Jakarta. Bisa dibandingkan emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan pribadi dengan kendaraan umum ini," cetusnya.

Tidak hanya soal macet, kata dia, tapi lebih dari itu bahaya polusi akan semakin menghantui warga Jakarta.  Menurut dia, banyak penyakit akan menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan warga DKI.

''Dengan adanya transportasi publik yang nyaman dengan kondisi bersih dan ber-AC, maka penumpang pun akan nyaman. Selain itu, transportasi publik yang menggunakan bahan bakar gas tentunya bisa mengurangi emisi karbon yang biasanya dihasilkan dari kendaraan pribadi yang menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar," tutur Rommy.

Selain menambah armada bus dengan kondisi layak pakai, nyaman dan ramah lingkungan, kata dia, untuk semakin menurunkan motivasi masyarakat berkendaraan pribadi, bisa dilakukan dengan menaikkan tarif pajak kendaraan bermotor.

Selain itu juga mengurangi subsidi BBM bagi mobil pribadi, menyediakan parkiran di terminal/shelter bus, dan menciptakan jalur transportasi yang terintegrasi. ''Jalur terintegrasi ini dimaksudkan agar penumpang mendapati kendaraan umum di jalur-jalur utama jalan.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement