REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Achmad Masduqi Machfudz, Sabtu (1/3) petang meninggal dunia di Rumah Sakit Syaiful Anwar, Malang, Jawa Timur.
"Atas nama pribadi, keluarga, dan seluruh Nahdliyin, saya merasa sangat kehilangan atas meninggalnya Kiai Masduqi Machfudz. Belum lama kita ditinggal Kiai Sahal Mahfudh, seorang kiai kharismatik lainnya sekarang meninggalkan kita. Innalilahi Wainna Ilaihi Rojiun," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj.
Di mata Kang Said, demikian Kiai Said disapa, Kiai Masduqi adalah guru dan teladan yang sangat alim. Kiai yang lahir di Pati, Jawa Tengah, tersebut dinilai sebagai sosok yang sangat dalam menguasai ilmu fiqih di kitab-kitab klasik. Namun, ia mampu mengaktualisasikanya sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Saat kita belum banyak mengenal komputer, tahun 1996 dalam Munas NU di Lombok, Kiai Masduqi sudah bisa mengoperasikan laptop,” kenang Kiai Said.
Kiai Masduqi yang tercatat sebagai murid dari Kiai Kholil, Rembang, Jawa Tengah, lanjut Kang Said, juga dikenal sebagai sosok yang zahid, tulus, dan ikhlas. Pendiriannya dalam mempertahankan prinsip keagamaan sangat keras, hingga menjadikannya sebagi kiai yang kharismatik dan sangat disegani.
“Kiai Masduqi tidak segan berdebat dengan anak-anak muda seperti saya, Pak Masdar (Farid Mas’udi), dan lain sebagainya. Secara keilmuan kami sering tidak sependapat, tapi secara umum kami sangat takdim, sangat menghormati beliau,” urai Kang Said.
Kiai Said menginstrusikan kepada seluruh umat Islam, Nahdliyin khususnya, yang tinggal tak jauh dari rumah duka untuk bertakziah. Bagi yang tidak memungkinkan takziah secara langsung diminta menunaikan salat ghaib. “Ini bentuk penghormatan terakhir kepada guru kita, Kiai Masduqi. Insya Allah seluruh amal perbuatannya diterima,” pungkasnya.