REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Rumah Susun Sewa (rusunawa) yang menjadi program Pemprov DKI Jakarta untuk memfasilitasi masyarakat yang kurang mampu gagal. Progam yang awalnya dijadikan penyokong rencana Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo untuk membawa warga DKI dalam program normalisasi itu, kini banyak disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
"Praktik ilegal menyewakan hunian rumah susun tidak lagi hanya satu atau dua hunian yang menjadi 'obyekan' oknum tak bertanggungjawab, tetapi kini ratusan hunian dialihsewakan secara bebas," kata salah satu penghuni rusunawa Marunda, Jakarta Timur yang tidak mau disebut namanya, Kamis (27/2).
Dia menjelaskan, di rusunawa Marunda terdapat lebih dari 200 hunian yang disewakan. Penyewa adalah orang-orang yang secara administrasi tak diperbolehkan mendapatkan rusun dari pemerintah, sebut saja, ratusan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).
Dia mengatakan, merasa kecewa kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis atau UPT Rusun Marunda, Maharyadi yang seakan tutup mata dengan aksi alih sewa. Pasalnya, meski berdasarkan laporan dia sering kali datang untuk meninjau rusun di sana, praktik ilegal itu nyatanya masih terjadi.
"Rasanya terlalu menuduhlah kalau saya bilang Kepala UPT bekerja sama. Tapi bisa dibilang dia tutup mata. Pura-pura tidak tahu. ujar dia.
Dia menambahkan, cara alih sewa rusunawa yang terjadi melalui warga rusun yang telah tinggal lama. Ada oknum yang menawarkan ke mahasiswa-mahasiswa tersebut. Tak hanya itu, oknum tersebut juga meminta mahasiswa yang tinggal di rusun untuk mempromosikan rusun kepada teman lainnya agar makin banyak yang menyewa. Bagi para mahasiswa yang menyewa dimintai ongkos sewa bervariasi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Ironisnya, pengelola tidak bisa menemukan kepada siapa mereka membayar.
Berdasarkan pantauan Republika, kondisi rusunawa seperti tidak terawat. Pasalnya, rusunawa yang menjadi tempat bersinggahnya para warga DKI Jakarta yang notebene fasilitasnya cukup memadai terlihat kumuh. Disekitar halaman tengah terdapat ratusan putungan rokok yang bercampur dengan genangan air, sampah plastik yang relatif banyak, dan rumput-rumput yang dibiarkan tumbuh begitu saja. Hal itu tentunya menjadi pemandangan yang kurang enak dipandang, melihat bangunan itu relatif besar dan bertingkat sampai beberapa lantai.
Tak berbeda dengan rusunawa Marunda, Jakarta Timur, rusunawa Komarudin yang berlokasi di Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, dalam kondisi yang tak terurus. Di halaman antara Blok A dan Blok B, terdapat sebuah lapangan basket yang terlantar. Salah satu tiang basket tidak ada papannya, dua ringnya pun sudah raib. Selain itu, lapangan basket juga digenangi air. Jalan coran menuju halaman dua blok itu rusak parah (berlubang). Genangan lain juga terlihat di rusun Blok C, belakang Blok E, dan bagian depan serta belakang Blok F. Got tampak tidak dapat berfungsi untuk menyalurkan air yang menggenangi kawasan tersebut.
Di selasar Blok E, tanahnya berlumpur. Cat yang melapisi tembok rusun sebagian besar terkelupas dan memudar. Badan-badan tembok kotor dengan berbagai warna-warni coretan cat semprot. Sedangkan tembok bangunan, beberapa terlihat retak, dan di beberapa sela sudut bangunan tumbuh lumut ditiap-tiap sudutnya.