REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-– Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat, mengeluarkan abu vulkanik pada Rabu (26/2) sore. Kondisi ini mengakibatkan radius tiga KM dari kawah harus steril. “Kondisi ini sudah lama,” jelas Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), M Hendrasto, kepada ROL Kamis (27/2).
Menurutnya, kondisi ini sama sekali tidak menunjukkan peningkatan. Status yang ditetapkan tetap pada level waspada. Abu vulkanik yang dimuntahkan gunung dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut itu tertiup angin ke arah selatan. Kecamatan Batipuh, dan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, terkena siraman abu Marapi.
Ketinggian muntahan debu tidak terekam secara visual. Petugas di lapangan masih terus memantau perkembangan situasi. Jika ada perkembangan situasi maka pihaknya akan berkoordinasi dengan Pemda dan pemerintah pusat. Hingga saat ini tidak ada kerugian yang ditimbulkan akibat aktifitas vulkanik ini.
Hendrasto menilai aktifitas erupsi Marapi pada Februari ini mengalami penurunan. Tercatat hanya mengalami empat kali erupsi. Pada Januari 2014 tercatat sebanyak 57 erupsi. Masyarakat diimbaunya untuk berhati – hati terhadap dampak abu vulkanik. Penggunaan masker harus lebih diintensifkan agar tidak terkena gangguan pernafasan.
Gumpalan debu yang dikeluarkan gunung ini terlihat dari kejauhan. Masyarakat yang sempat menyaksikan muntahan debu sempat mengalami kekhawatiran.
Aktifitas vulkanik Marapi sempat menelan korban jiwa pada 30 April 1979. Aktifitas itu mengakibatkan longsor di sejumlah titik yang berdekatan dengan lokasi Marapi. Batu dan lumpur yang menyebabkan kerusakan dimuntahkan gunung ini.
Memasuki akhir tahun 2011 hingga awal tahun 2012, Gunung Marapi menampakkan peningkatan aktifitasnya melalui letusan yang menyemburkan abu dan awan hitam. Pernah diakhir tahun 2011 semburan abu terbawa angin berkilo-kilo jaraknya hingga mencapai Kabupaten Padang Pariaman.