Kamis 27 Feb 2014 12:25 WIB

Airin Diminta Contoh Benazir Bhutto

Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany keluar dari gerbang ruang tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany keluar dari gerbang ruang tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Airin Rachmi Diany diharapkan tidak limbung menjalankan tugasnya sebagai Wali Kota Tangerang Selatan, meski suaminya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan sedang terjerat kasus suap dan korupsi.

Direktur Eksekutif Banten Care Institute (BCI) Heriyono berpendapat, meski Wawan Airin harus bisa membedakan mana urusan pribadi dan urusan publik. "Publik atau masyarakat Kota Tangerang Selatan telah memercayakan Airin sebagai pemimpinnya. Airin jangan mengecewakan konstituen dan rakyatnya," ujar Heriyono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (27/2).

Airin, kata Heriyono, juga mesti bisa membuktikan kepada para penegak hukum, terutama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jika dirinya tidak terlibat dalam sejumlah kasus yang menimpa suaminya.

"Meskipun Wawan adalah suami Airin, namun belum tentu semua yang dilakukan Wawan diketahui oleh Airin. Nah, Airin juga mesti jujur dan terbuka soal aktivitas suaminya yang dia ketahui," ujar dia.

Senator Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem) itu berkata, jika Airin tidak terlibat dalam kasus suap dan korupsi yang menjerat suaminya, Airin bisa mencontoh yang dilakukan Benazir Bhutto, mantan perdana menteri (PM) Pakistan, yang meninggal pada 27 Desember 2007 di usia 54 tahun. Bhutto adalah perempuan pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di masa pascakolonial Pakistan.

"Ini nyaris sama dengan Airin. Dia adalah perempuan pertama yang memimpin Tangerang Selatan yang mayoritas penduduknya adalah Muslim juga," ucap Heriyono.

Heriyono menjelaskan, Bhutto dituduh melakukan korupsi, namun belakangan namanya dibersihkan. Ia juga dituduh melakukan pencucian uang negara di bank-bank Swiss, dalam sebuah kasus yang masih tetap berada di pengadilan Swiss.

Suaminya, Asif Ali Zardari, mendekam selama delapan tahun di penjara. Ia ditempatkan di sebuah tahanan tersendiri. Konon mereka mencuri ratusan juta dolar dengan meminta ‘komisi’ atas kontrak-kontrak pemerintah dan urusan lain-lainnya. Selama lebih dari 10 tahun, suami-istri ini telah menghadapi sekitar 90 kasus bersama-sama.

"Benazir Bhutto bangkit dari keterpurukan yang menimpa diri dan suaminya. Bahkan, Benazir menjadi ikon dan pahlawan bagi Pakistan dan dunia. Kalau Airin tidak bersalah, Airin mesti mencontoh Benazir yang bisa bangkit dan memimpin rakyatnya dengan benar dan penuh cinta kasih," kata Heriyono menegaskan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement