REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kabut asap yang menyelimuti Sumatra Barat (Sumbar) kian bertambah ketebalannya akibat terbakarnya hutan di wilayah Riau dan provinsi tetangga lainnya.
Analisis Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ketaping Padangpariaman, Yuni Fitria di Padang, Kamis mengatakan jarak pandang di daerah ini hanya berkisar 700 meter hingga 900 meter.
Ia mengatakan ketebalan kabut asap tersebut kian bertambah dibanding hari sebelumnya akibat hujan yang tidak kunjung turun didaerah sumber titik api. "Akibatnya, jarak pandang kian terbatas terutama di pagi hari dan fenomena ini merata terjadi diseluruh wilayah Sumbar," katanya, Kamis (27/2).
Namun, ia memastikan kondisi ini belum mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padangpariaman. "Aktivitas penerbangan baru akan mengalami kendala jika jarak pandang kurang dari 700 meter, namun saat ini guna membantu aktivitas lepas landas telah dinyalakan lampu bantu di landasan bandara," katanya.
Yuni mengatakan kabut asap tersebut dapat hilang jika pada sumber titik api yang terbakar turun hujan, sedangkan bila hujan turun di Sumbar tidak akan berpengaruh banyak karena sumbernya masih terbakar, katanya.
Ia mengimbau pengendara agar waspada karena terbatasnya jarak pandang dan menghidupkan lampu kabut terutama di daerah pegunungan. Sementara, kabut asap yang menyelimuti kota Padang terpantau cukup pekat pada pagi hari.
Bayangan putih pada udara terlihat jelas dalam jarak pandang satu kilometer, terutama bagi pengendara di jalan raya. Rudrik (27) salah seorang warga Padang terpaksa harus menghidupkan lampu sepeda motor karena jarak pandang kian terbatas.
Biasanya jarak pandang bisa mencapai lima kilometer, namun pagi ini hanya satu kilometer dan kabut asap lebih pekat dari biasanya, kata dia.