Kamis 27 Feb 2014 12:30 WIB

Begadang Menjaga Pintu Air

Rep: c66/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas melakukan pengerukan sampah dipintu air Manggarai, Jakarta, Selasa (21/2).  (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Petugas melakukan pengerukan sampah dipintu air Manggarai, Jakarta, Selasa (21/2). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, Petugas Dinas Pekerjaan Umum di Pintu Air Manggarai terlihat duduk di dalam posko, Selasa (25/2). Pada pagi itu, aliran air berjalan lancar di pintu air. Mereka hanya sesekali memantau ketinggian terakhir dari jendela posko.

Warna peil schai (angka ukuran air) yang selalu mereka awasi dari jendela posko terlihat sudah kembali nyata setelah dicat beberapa hari lalu. Banjir sebulan lalu membuat warnanya sempat memudar. Mereka bertugas membuka dan menutup pintu air jika dirasa perlu. “Pintu Air Ciliwung Lama hanya boleh dibuka atas perintah gubernur (DKI Jakarta),” ujar Adie Widodo (38), penanggung jawab Pintu Air Manggarai. Pintu Air Ciliwung Lama adalah pintu air yang di atas jalan underpass Manggarai. Jika pintu air ini dibuka, air akan melimpah ke sekitar Istana Negara.

Sejak Sabtu (22/2), ketinggian air di pintu air mencapai 870 sentimeter setelah tiga pekan normal. Mereka berjaga selama tiga hari hingga ketinggian air mulai menurun pada Selasa pagi menjadi 750 sentimeter. Situasi itulah yang membuat mereka berjaga sejak Sabtu. “Jika keadaan darurat, saya harus terus di sini,” ujar Adie.

Petugas Pintu Air Manggarai berjumlah enam orang. Mereka menerapkan sistem piket untuk menjaga pintu air. Dalam satu hari, mereka harus berjaga selama 24 jam dan setelahnya mendapatkan libur selama dua hari. Saat ketinggian air di Pintu Air Menggarai mulai mencapai 750 sentimeter atau masuk pada Siaga Tiga, Adie harus terus menjaga keadaan pintu air. Ia juga terus melaporkan keadaan kepada PU 2 sebagai posko yang mencatat dan melaporkan keadaan dari lima wilayah di Jakarta.

Sekitar sebulan lalu, saat hujan terus-menerus mengguyur Jakarta, selama 15 hari Adie harus terus berada di posko. Intensitas hujan yang cukup tinggi menyebabkan petugas harus bekerja ekstra. “Saya terpaksa tidak pulang karena harus memantau dan melaporkan ketinggian air yang sering berada di Siaga Satu,” ujar Adie.

Jika sedang dalam keadaan normal, petugas hanya melaporkan ketinggian dalam waktu 60 menit sekali. Berbeda halnya dengan keadaan siaga yang membuat petugas melaporkan ketinggian air dan cuaca dalam waktu 15 menit sekali. Tujuannya agar informasi segera disebar dan warga yang wilayahnya rentan terkena banjir dapat lebih waspada. “Kalau tidak dalam status siaga, apalagi saat musim kemarau, kami bekerja cukup santai,” ujar Farhan (18), petugas penjaga Pintu Air Manggarai. Namun, sekarang hujan masih cukup sering terjadi. Petugas pintu air pun harus bekerja lebih keras agar kondisi pintu air bisa tetap stabil.

Tidak hanya menjaga ketinggian air di Pintu Air Manggarai, mereka juga harus menjaga aliran air. Salah satunya dengan membersihkan sampah yang menyangkut di pintu air. Tujuannya agar aliran air tetap lancar. Mereka berusaha agar tidak ada lagi penumpukan sampah di pintu air. Hujan deras selalu membawa sampah tiba di pintu air, termasuk sampah kayu-kayu yang diduga berasal dari wilayah luar Jakarta. Setelah hampir tiga pekan ketinggian air mulai normal, pembersihan sampah secara bertahap mulai dilakukan. “Kemarin-kemarin, sampah banyak banget nyangkut di pintu air, apalagi sampah kayu,” ujar Farhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement