REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU-- Pertumbuhan awan yang tidak begitu baik belum akan mendukung keberhasilan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk hujan buatan di Provinsi Riau, kata analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru.
"Menurut data analisis kami, hari ini hingga tujuh hari ke depan, fenomena atmosfer menyatakan pertumbuhan awan dan kelembaban di level ketinggian 7.000 hingga 8.000 meter masih sangat minim atau bahkan nyaris tidak ada," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Dengan kondisi demikian, kata dia, maka TMC atau penyemaian hujan buatan tidak akan berhasil.
Hal itu menurut dia, karena penyemaian atau penaburan garam dilakukan pada titik pertumbuhan awan yang bagus, sementara di atas Riau, sangat minim pertumbuhan awan tersebut.
"Bagaimana mau dilakukan hujan buatan sementara awan yang menjadi targetnya tidak ada. Itu sesuai dengan pantauan radar," kata dia.
Sebelumnya pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengharapkan agar segera dilakukan TMC untuk hujan buatan mengingat kebakaran lahan di daerah ini kian meluas. Kepala Seksi Penanganan Kebakaran Hutan BBKSDA, Isbanu, mengatakan, sebanyak 150 personel tim pemadam kebakaran Manggala Agni hingga kini terus berupaya memadamkan kebakaran di empat kawasan konservasi dan lahan masyarakat.
Tim Manggala Agni selama ini terlatih memadamkan kebakaran lahan dengan metode penyuntikan gambut, namun ia mengatakan kondisi angin yang berembus kencang dan cuaca kering membuat kebakaran terus meluas. Satelit Terra dan Aqua dalam satu pekan terakhir telah mendeteksi lebih 4.000 titik panas (hotspot) di daratan Riau yang diindikasi sebagai peristiwa kebakaran lahan. Sementara dalam satu bulan terakhir, 12 kabupaten/kota di Riau sangat minim terjadi hujan, memicu pertumbuhan titik panas yang terus meningkat.