Selasa 25 Feb 2014 01:08 WIB

Warga dan Awak Bus Tuntut Terminal Lebak Bulus Pengganti

Rep: C60/ Red: Taufik Rachman
 Anak-anak ikut serta dalam aksi unjuk rasa menolak penutupan terminal Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/1).    (Republika/Yasin Habibi)
Anak-anak ikut serta dalam aksi unjuk rasa menolak penutupan terminal Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/1). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Warga menuntut pengganti Terminal Lebak Bulus seperti yang dijanjikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Terminal Lebak Bulus ditutup karena proyek pembangunan MRT sejak 7 januari 2014.

Menurut Agus Siregar, salah seorang awak bus AKAP, pemerintah pernah menjanjikan untuk menyiapkan terminal pengganti Lebak Bulus. Namun dia tidak menjelaskan kapan terminal pengganti itu akan disiapkan.

Agus menyatakan pemerintah lalai dalam menunaikan kewajibannya pada Penduduk Terkena Proyek (PTP) pembangunan MRT. Menurutnya semestinya, terminal pengganti sudah disiapkan sebelum Terminal Lebak Bulus ditutup.

"Kami sebagai PTP menuntut Pemprov DKI untuk menyediakan pengganti terminal yang ditutup," kata Agus kepada Republika saat ditemui di Terminal Lebak Bulus, Senin (24/2).

Agus menganggap penutupan Terminal Lebak Bulus sebagai pengusiran paksa. Sebab lokasi pengganti tak kunjung disiapkan.

Pantauan Republika sebulan terakhir, banyak bus AKAP yang parkir di badan jalan sekitar Terminal Lebak Bulus. Hal ini kerap menimbulkan kemacetan. Itu terjadi karena tidak ada alternatif yang disiapkan Dinas Perhubungan Pemprov DKI.

Awak bus AKAP, klaim Agus, juga menuntut terminal bisa dibuka kembali saat Lebaran Idul Fitri nanti. Sebab, saat lebaran biasanya penumpang akan ramai.  "Ini kan hajat orang banyak, saat lebaran nanti, mestinya dibuka kembali," imbuhnya.

Ketua Koperasi Karyawan Bus Antar Kota (Kowan Bisata), Sumardi  juga menuntut adanya terminal pengganti. Sebab anggotanya banyak merugi setelah penutupan Terminal Lebak Bulus.

Ia menjelaskan, salah satu anggotanya yang biasa mengoperasikan 13 bus setiap harinya, harus mengurangi busnya hingga tersisa tujuh.  "Kalau kayak gini terus, kita bisa rugi," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement