REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih menghitung nilai kerugian yang ditimbulkan akibat erupsi dan lahar dingin dari Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur (Jatim).
“Baik itu dalam sektor permukinan, infrastruktur, ekonomi produksi, sosial budaya, dan lintas sektor,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho kepada Republika, Jumat (21/2) malam.
Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Jatim M Hidayat mengatakan, kecamatan yang menderita kerugian paling parah akibat letusan Gunung Kelud yaitu Kecamatan Ngantang, Kasembon, dan Pujon. Dia merinci, kerugian di bidang pertanian dari tiga kecamatan itu senilai Rp 442.037.459,500.
Sementara itu, kerugian di bidang kehutanan, perikanan, dan peternakan yang dialami tiga kecamatan itu sebanyak Rp 11.586.450. “Kemudian kerusakan lahan pertanian seluas 7.404 hektare area (ha) dan lahan pohon 101.329 buah pohon senilai Rp 121.842.799,500,” ujarnya.
Sementara itu, kerusakan bidang pariwisata terjadi di enam lokasi diantaranya Air Terjun Cuban Rondo yaitu senilai Rp 22.896.850. Sementara itu, kerusakan hutan rakyat yang dialami Kecamatan Pujon, Ngantang, dan Kasembon seluas 2.150 ha dengan nilai kerugian Rp 1.302.450.000. “Kerusakan di bidang peternakan yaitu senilai Rp 10.068.000,” tuturnya.
Mengenai kerusakan budi daya ikan ditaksir senilai Rp 216.000.000. Kerusakan rumah penduduk, baik ringan, sedang, dan berat sebanyak 3.692 unit diperkirakan senilai Rp 252.997.500.
Kemudian kerusakan rumah ibadah yang dikalkulasi senilai Rp 881.500. Kerusakan bangunan sekolah senilai Rp 1.407.500. Kerusakan bangunan pemerintahan senilai Rp 1.492.500. Kerusakan air bersih senilai Rp 3.384.810.
Sementaran kerusakan bangunan kesehatan mencapai Rp 4.080.000. Kerusakan bangunan irigasi di sembilan lokasi senilai Rp 2.260.000, dan kerusakan bangunan jembatan empat unit senilai Rp 23.800.000.