Selasa 18 Feb 2014 09:11 WIB

Reklamasi Tanjung Benoa Harus Perhatikan Budaya

 Pengerjaan proyek pembangunan Jalan Tol Tanjung Benoa-Ngurah Rai-Nusa Dua di Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (1/11).      (Aditya Pradana Putra/Republika)
Pengerjaan proyek pembangunan Jalan Tol Tanjung Benoa-Ngurah Rai-Nusa Dua di Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (1/11). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR- Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Hayono Isman menuturkan rencana pembangunan reklamasi Pantai Tanjung Benoa harus mempertimbangkan budaya masyarakat Bali. "Pemerintah setempat jangan terburu-buru dan persoalan reklamasi Tanjung Benoa harus dipikirkan secara matang dengan mempertimbangkan budaya masyarakat Bali," kata Hayono Isman di Denpasar Selasa.

Hayono mengatakan masyarakat Bali memiliki keunikan tersendiri untuk menyelesaikan masalah melalui adat istiadat dan aturan budaya yang berlaku. Salah satu peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat itu menambahkan Bali memiliki keragaman budaya dan adat istiadat masyarakat yang baik.

"Bali luar biasa dalam menghormati kanekaragaman agama dan budaya, masyarakat setempat tidak pernah melarang agama lain untuk beribadah," ujar Hayono.

Dengan kondisi seperti itu, pemerintah harus memahami karakteristik budaya dan adat yang dianut masyarakat setempat termasuk persoalan reklamasi Tanjung Benoa. Bahkan, Hayono mengungkapkan daerah seperti Aceh dan Papua dapat belajar toleransi beragama seperti masyarakat Bali.

Sebelumnya, wacana reklamasi di perairan Tanjung Benoa seluas 838 hektare menjadi masalah kontroversi bagi masyarakat setempat. Berdasarkan informasi, Gubernur Bali telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) Nomor : 2138/02-C/HK/2012 tentang Pemberian Izin dan Hak Pemanfaatan Pengembangan dan Pengelolaan Wilayah Perairan Teluk Benoa Provinsi Bali tertanggal 26 Desember 2012.

Pihak Manajemen Artha Graha Network yang memiliki rencana reklamasi Tanjung Benoa memastikan proyek itu bertujuan membangun obyek wisata baru untuk membangkitkan pariwisata setempat dan menyerap tenaga kerja. Reklamasi berencana membuat beberapa pulau buatan di dalam teluk sekitar Pulau Pudut dengan investasi senilai tiga miliar Dolar AS.

Pelaksana proyek Manajemen Artha Graha Network menjanjikan pembangunan reklamasi tidak mengganggu aktivitas nelayan dan memastikan 50 persen dari total area seluas 700 hektare sebagai kawasan pepohonan dan aliran air. Namun, masyarakat setempat menilai reklamasi Tanjung Benoa akan menimbulkan bencana banjir (rob) bagi pemukiman warga, sarana wisata sekitar, bahkan Bandara Internasional Ngurah Rai karena Benoa merupakan tempat mengalir empat daerah aliran sungai yang kehilangan fungsi penampung air.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement