REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana yang terjadi secara beruntun di Indonesia meyisakan kerugian yang cukup besar. Berdasarkan laporan BNPB yang diterima Republika, Senin (17/2), perkiraan awal kerugian dan kerusakan akibat bencana banjir bandang Sulut Rp 1,87 Triliun, erupsi Gunung Sinabung Rp 1 triliun, banjir di Pantura Rp 6 triliun, Banjir di Jakarta Rp 5 triliun. Angka ini juga masih bertambah dengan bencana lainnya selama 2014.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan rentetan bencana yang datang belum disikapi dengan cepat. Berdasarkan penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat Indonesia menghadapi bencana pada tahun 2006, 2012 dan 2013 menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi bencana masih rendah.
"Memang terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman bencana. Tetapi belum menjadi perilaku (attidude) dan praktek atau budaya," katanya, Senin (17/2).
Perilaku yang sama juga terjadi hingga tingkat pemerintah daerah. Sebagian besar penanggulangan bencana di pemda belum banyak menjadi prioritas dalam penanggulangan bencana pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah selama 5 tahunan. Akibatnya bencana tidak menjadi roh dalam pembangunan sektor. Apalagi menyangkut peningkatan kapasitas kesiapsiagaan menghadapi bencana. Indikator ini juga tercermin dari alokasi dana untuk penanggulangan bencana yang rata-rata kurang dari 0,5% dari APBD.
Dibandingkan dengan di Amerika, ada anggaran sebesar 1 dollar AS untuk kegiatan pengurangan bencana sehingga mampu mengurangi kerugian sekitar 7 dollar AS. Lalu di Eropa, 1 dollar AS bisa mengurangi kerugian hingga 10-40 aollar AS. "Di Indonesia mungkin lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan negara lain karena kita punya kapital sosial yang besar di masyarakat," lanjutnya.