Sabtu 15 Feb 2014 18:05 WIB

Gempa Gunung Papandayan Meningkat Pascaletusan Kelud

Abu vulkanik membumbung tinggi keluar dari Gunung Kelud terlihat di Desa Bladak, Blitar, Jatim, Jumat (14/2). (Antara/M Risyal Hidayat)
Abu vulkanik membumbung tinggi keluar dari Gunung Kelud terlihat di Desa Bladak, Blitar, Jatim, Jumat (14/2). (Antara/M Risyal Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pos Pemantauan Gunung Api Papandayan, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan aktivitas kegempaan Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sempat meningkat sehari setelah Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, meletus, Kamis (13/2) malam.

"Peningkatan drastis Gunung Papandayan terjadi sehari setelahnya (Gunung Kelud meletus)," kata Petugas Pos Pemantauan Gunung Api Papandayan, Krisno di Cisurupan, Kabupaten Garut, Sabtu (15/2).

Ia menuturkan, peningkatan aktivitas Gunung Papandayan tersebut tercatat, Jumat (14/2) lima kali gempa tektonik jauh, enam kali gempa vulkanik dalam, dan 60 kali gempa vulkanik dangkal.

Sebelumnya, Kamis (13/2), kata dia, tidak menujukan peningkatan aktivitas, tercatat empat kali gempa tektonik jauh, dua kali gempa tektonik lokal, dan 16 vulkanik dangkal. "Sekarang (Sabtu) aktivitasnya kembali menurun jika dibandingkan hari sebelumnya," kata Krisno.

Ia menjelaskan, meskipun Gunung Papandayan sempat terjadi peningkatan aktivitas kegempaan, namun statusnya tidak naik, tetap berstatus Waspada. Status tetap itu, lanjut dia, karena secara visual tidak ada perubahan, tidak terjadi longsor dan asap yang keluar dari kawah Gunung Papandayan menunjukan seperti biasa.

"Status Gunung Papandayan tetap Waspada karena secara visual tidak ada longsor, asap kawah tetap sama," kata Krisno.

Sementara itu, Kabupaten Garut terkena imbas material abu vulkanik letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, Kamis (13/2) malam. Abu tersebut sampai ke wilayah Garut, Jumat (14/2) sekitar pukul 10.00 WIB. Abu berwarna putih itu bertebaran menempel di kendaraan, pakaian dan atap bangunan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement