Sabtu 15 Feb 2014 15:43 WIB

Dua Penyakit Ini Sudah Menyerang Pengungsi Kelud di Kediri

Rep: Nur Aini/ Red: Muhammad Hafil
Suasana di Simpang Lima Gumul Kecamatan Pare, Kediri, yang tertutup abu Vulkanik Gunung Kelud (Ilustrasi)
Foto: Republika/Nura
Suasana di Simpang Lima Gumul Kecamatan Pare, Kediri, yang tertutup abu Vulkanik Gunung Kelud (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Pengungsi dari erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Kediri mulai mengeluhkan gangguan kesehatan seperti sesak nafas karena infeksi saluran pernapasan atas dan batuk. Keluhan batuk terutama banyak dirasakan anak-anak. 

Salah satu pengungsi di SD Siman 1, Kecamatan Kepung, Galiyah (43 tahun) mengatakan pengungsi setempat sudah merasakan batuk. Namun, hingga Sabtu siang belum ada petugas kesehatan yang memeriksa langsung ke pengungsian. 

"Sekarang warga di sini mulai batuk-batuk tapi belum ada petugas datang," ujar pengungsi dari Kebonrejo tersebut. 

Pengungsi mulai menempati titik pengungsian di SD Siman mulai Kamis malam (13/2). Pengungsi lain, Esmuntin (52 tahun), mengatakan banyak anak kecil yang mulai batuk. Pemeriksaan terhadap anak-anak telah dilakukan melalui pusat kesehatan desa (Puskesdes) Siman setempat.  

Pantauan Republika di Puskesdes Siman, ada seorang warga yang mengalami sesak nafas. Petugas masih menangani warga tersebut. Obat-obat untuk warga juga tampak mulai didistribusikan ke Puskesdes Siman. 

Sementara itu, Posko Kesehatan Pusat Kabupaten Kediri belum dapat mendata berapa jumlah total warga yang mulai menderita gangguan kesehatan. Namun, dari keluhan pengungsi, penyakit yang mulai menyerang diantaranya gatal-gatal, iritasi mata, dan ISPA. 

Petugas Kesehatan, Dwi Wahyu mengatakan kebanyakan warga yang sakit berada di Kecamatan Wates mengingat jumlah pengungsinya terbanyak di Kabupaten Kediri. Namun, stok obat untuk ISPA dinyatakan cukup. Sementara, obat tetes mata masih perlu ditambah.

Obat-obatan yang kurang di posko pengungsian terutama untuk balita dan anak-anak. Sejumlah kebutuhan anak dan balita seperti popok, makanan, dan obat dinilai Dwi masih kurang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement