Sabtu 15 Feb 2014 00:48 WIB

Cahaya Cinta Sang 'Dian' yang Tak Pernah Padam

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Penglihatan, anugerah Maha Kuasa yang tak ternilai harganya. Untuk seorang tuna netra yang memang sudah tak bisa melihat sejak lahir, mungkin sudah terbiasa menjalani hidup dengan penglihatan gelap. Berbagai aktivitas, bisa dilakukan sendiri tanpa bergantung pada orang lain, seiring dengan pertumbuhannya.

Namun, situasi akan berbeda kalau seseorang yang tadinya bisa melihat, menjadi low vision karena sebuah penyakit. Hal itu, dialami oleh perempuan cantik, Dian Syarief. Perempuan yang memiliki mata indah ini, pada usia produktif didiagnosa terkena penyakit Lupus. Pengobatan yang harus dialami Dian, menyebabkan kemampuan matanya terus berkurang atau menjadi low vision. Sehingga, Ia hanya bisa melihat siluet saja.

Tentu, siapa pun yang mengalami ini, akan berat menghadapinya. Dengan kemampuan penglihatan yang terbatas, kita harus belajar berbagai hal tentang aktivitas sehari-hari. Namun, Dian bisa menghadapinya. Sehingga, hari-hari Dian tetap indah. Kuncinya adalah Cinta. Sebuah Cinta yang besar dari Sang Khalik.

Belum lagi kasih sayang yang diberikan oleh suami dan keluarga Dian. Cinta yang suci itu, membuat cahaya kehidupan Dian tak pernah padam. Bahkan, Dian bisa berbagi cahaya cintanya pada sesama Odapus (orang dengan lupus) melalui yayasan yang didirikannya, Syamsi Dhuha yang berarti matahari di waktu dhuha. Sinarnya, menghangatkan dan tetap abadi sepanjang zaman.

"Saya dan suami menjadi lebih banyak belajar setelah saya menjadi Odapus. Kami, mencoba menyelam lebih dalam mencari mutiara hikmah yang Allah sembunyikkan dibalik lupus dan low vison nya saya," ujar Dian kepada //Republika//.

Untuk memahami hal tersebut, menurut Dian, Ia dan suaminya berusaha memperdalam agama. Ternyata, banyak sekali jawaban yang ditemukan dari berbagai pertanyaan yang sebelumnya muncul dan sulit dijawab tanpa bimbingan spiritual. "Pelajaran yang paling berharga adalah, mengenal betapa Allah maha pengasih dan Penyayang. Ini paling mahal," katanya. 

Dian mengatakan, Ia bisa berjuang melawan Lupus karena memperoleh dukungan penuh dari suaminya. Bahkan, suaminya yang bernama Eko Pratomo, bukan saja berperan sebagai suami. Namun, berperan juga sebagai sahabat sekaligus penyemangat. "Suami saya juga yang selalu menyadarkan untuk tidak pernah menyerah. Karena, pasti selalu ada hikmah dan maksud baik Allah dibalik semua ketidknyamanan yang harus saya hadapi," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement