Kilatan Petir Menandai Letusan Kelud
Rep: Kilatan Petir Menandai Letusan Kelud Oleh Erik Purnama Putra Sudah sepekan terakhir Rieszki Dwi Saputra tidak bisa tidur nyenyak. Hal yang sama juga dirasakan warga Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri. Kampung ini terletak sekitar sembilan kilometer arah barat laut dari Gunung Kelud. Puluhan laki-laki setiap malam berkumpul di pos ronda untuk berjaga-jaga. Langkah itu mereka tempuh setelah mendapat peringatan dari petugas Pemkab Kediri tentang meningkatnya aktivitas Gunung Kelud. Patroli desa semakin ditingkatkan saat status siaga III mulai diberlakukan. Dia khawatir gunung setinggi 1.731 meter tersebut meletus lagi untuk pertama kalinya sejak 16 Oktober 2007. “Kami ronda malam untuk berjaga-jaga karena harus waspada dengan Gunung Kelud,” kata Rieszki dengan nada tergesa-gesa kepada Republika, Jumat (14/2). Firasat petani cengkeh tersebut terbukti. Pada Kamis (13/2) petang, ia bersama warga kampung mendapat kabar bahwa status awas sudah melekat ke Gunung Kulud. Alhasil, mereka berbondong-bondong turun dari lereng gunung untuk menjauhi radius aman di atas 10 kilometer dari puncak gunung. Antisipasi yang dilakukan Rieszki bersama orang tua ditemani istri dan balitanya yang berusia setahun meninggalkan kampung halaman membuatnya selamat. Dia tidak memilih menuju tempat penampungan yang disediakan Pemkab Kediri, melainkan tinggal di rumah mertuanya yang berjarak 12 kilometer dari puncak gunung. Ketika itu, suara gemuruh dan dentuman dari perut Kelud didengarnya secara kuat. Dia sampai merinding melihat dari jauh kilatan petir yang menandai meletusnya Gunung Kelud. Tepat pukul 22:50 WIB, Kelud meletus hingga memuntahkan material 17 kilometer. Muntahan lava yang tampak bersinar terang di kegelapan membuatnya bergidik. “Kelud mbledos (meletus), semua warga menyelamatkan diri dengan mencari tempat berteduh sekarang,” kata Rieszki./ Red:
Joko Sadewo
REPUBLIKA.CO.ID, Sudah sepekan terakhir Rieszki Dwi Saputra tidak bisa tidur nyenyak. Hal yang sama juga dirasakan warga Desa Sepawon, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri. Kampung ini terletak sekitar sembilan kilometer arah barat laut dari Gunung Kelud.
Puluhan laki-laki setiap malam berkumpul di pos ronda untuk berjaga-jaga. Langkah itu mereka tempuh setelah mendapat peringatan dari petugas Pemkab Kediri tentang meningkatnya aktivitas Gunung Kelud. Patroli desa semakin ditingkatkan saat status siaga III mulai diberlakukan.
Dia khawatir gunung setinggi 1.731 meter tersebut meletus lagi untuk pertama kalinya sejak 16 Oktober 2007. “Kami ronda malam untuk berjaga-jaga karena harus waspada dengan Gunung Kelud,” kata Rieszki dengan nada tergesa-gesa kepada Republika, Jumat (14/2).
Firasat petani cengkeh tersebut terbukti. Pada Kamis (13/2) petang, ia bersama warga kampung mendapat kabar bahwa status awas sudah melekat ke Gunung Kulud. Alhasil, mereka berbondong-bondong turun dari lereng gunung untuk menjauhi radius aman di atas 10 kilometer dari puncak gunung.
Antisipasi yang dilakukan Rieszki bersama orang tua ditemani istri dan balitanya yang berusia setahun meninggalkan kampung halaman membuatnya selamat. Dia tidak memilih menuju tempat penampungan yang disediakan Pemkab Kediri, melainkan tinggal di rumah mertuanya yang berjarak 12 kilometer dari puncak gunung.
Ketika itu, suara gemuruh dan dentuman dari perut Kelud didengarnya secara kuat. Dia sampai merinding melihat dari jauh kilatan petir yang menandai meletusnya Gunung Kelud. Tepat pukul 22:50 WIB, Kelud meletus hingga memuntahkan material 17 kilometer. Muntahan lava yang tampak bersinar terang di kegelapan membuatnya bergidik. “Kelud mbledos (meletus), semua warga menyelamatkan diri dengan mencari tempat berteduh sekarang,” kata Rieszki.