REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA-- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menerapkan status darurat abu vulkanik menyusul lebatnya hujan abu dan tebalnya endapan abu vulkanik pasca meletusnya Gunung Kelud, Kamis (13/2) malam. Wali Kota Yogyakarta menggelar rapat koordinasi terbatas, Jumat (14/2).
Guyuran abu vulkanik letusan Gunung Kelud mencapai dua centimeter di wilayah Yogyakarta. Akibatnya seluruh jalanan terlihat memutih dan pohon-pohon dipenuhi abu vulkanik. Jarak pandang juga terbatas karena debu vulkanik berterbangan.
Pusat Kota Yogyakarta lumpuh. Pedagang Malioboro tutup total, hanya beberapa toko dan mall yang masih buka. Sekolah dan perkantoran diliburkan. Aktivitas perdagangan di pasar tradisional juga sepi. Warga memilih berada di dalam rumah karena tebalnya debu vulkanik.
"Saya menghimbau warga untuk tetap berada di rumah. Jangan keluar rumah kalau tidak penting sekali," ujar Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Dirinya meminta sekolah untuk libur paling tidak dua hari demi kesehatan anak-anak. Haryadi juga menghimbau kepada Camat dan Lurah serta RT/RW agar memantau aktivitas warga dan dampak abu vulkanik Gunung Kelud.
Pihaknya telah menyiapkan dana tanggap darurat melalui anggaran tak terduga sebesar Rp 3 Milyar. Fokus utama yang akan dilakukan adalah pembersihan jalan-jalan protokol dari abu vulkanik serta fasilitas umum.
"Abu vulkanik ini berbahaya bagi kesehatan, karena warga harus memakai masker jika terpaksa keluar rumah," ujar Haryadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Agus Winarta, pihaknya bekerjasama dengan TNI-Polri dalam pembersihan jalan protokol dari abu vulkanik. "Sedikitnya ada 10 mobil tangki kita kerahkan. Sehari ini (Jumat) jalan-jalan protokol kita prioritaskan bersih," ujarnya.