Jumat 14 Feb 2014 09:26 WIB

Ini Instruksi Presiden Soal Erupsi Gunung Kelud

Rep: Esthi Maharani/ Red: Muhammad Hafil
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan status tanggap darurat terhadap dampak Gunung Kelud yang meletus semalam. Ia mengaku telah berkomunikasi dengan Kepala BNPB, Gubernur Jawa Timur, Panglima TNI dan Kepala Polri untuk serentak bergerak membantu proses tanggap darurat. Utamanya menyelamatkan para pengungsi. 

"Kepada TNI dan Polri, saya sudah instruksikan untuk bantu masyarakat secara aktif di lapangan. Satuan TNI dikerahkan untuk bantu kegiatan tanggap darurat. Kepala BNPB dan Gubernur Jawa Timur ada di lokasi untuk pimpin langsung kegiatan tanggap darurat, dengan prioritas penanganan pengungsi," katanya lewat akun twitternya, Jumat pagi (14/2). 

Ia mengatakan terus memantau dan meminta informasi resmi dari pihak-pihak terdepan. Sejauh ini, informasi yang didapatnya yakni kegiatan tanggap darurat sedang dilaksanakan. Kegiatan pencegahan korban sebelum letusan gunung kelud terjadi juga dilakukan.

Korban jiwa, lanjutnya, dapat dihindari, meskipun situasinya belum aman benar dan masih terus dilakukan pemantauan secara aktif. "Radius 10 km telah dikosongkan. Hingga tadi pagi pengungsi mencapai 200ribu orang tersebar di wilayah Kediri, Blitar, dan Malang," katanya. 

Presiden pun mengatakan pemerintah pusat memberikan bantuan anggaran dan logistik. Untuk memastikan tanggap darurat berjalan baik, ia akan memimpin rapat dalam waktu dekat. "Mengingat besarnya pengungsi dan sebaran abu capai Surabaya dan Madiun, pagi ini saya pimpin rapat agar tanggap darurat berjalan baik," katanya. 

Tak hanya itu, Presiden juga berencana berkunjung ke lokasi. Tetapi, untuk saat ini konsentrasi penganganan oleh garda terdepan. "Saya berencana berkunjung ke lokasi bencana. Namun sekarang, konsentrasi saya, BNPB, Pemda Jawa Timur, TNI dan Polri untuk tanggap darurat dulu," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement