REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat adanya 458 "hotspot" atau titik panas yang dapat berkembang menjadi kebakaran hutan di Pulau Sumatera.
Kabid Pelayanan Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan Hendra Suwarta di Medan, Rabu mengatakan, jumlah titik panas dalam pemantauan pada Selasa (11/2) sore pukul 16.02 WIB itu paling banyak berada di Sumatera Bagian Utara.
Melalui pemantauan dengan satelit NOAA, titik panas di Sumatera Bagian Utara mencapai 430 titk yakni di Aceh 75 titik, Sumatera Barat 40 titik, Riau 242 titik, dan Sumatera Utara 73 titik. Sedangkan di Sumatera Bagian Selatan seperti Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung hanya terpantau 28 titik panas.
Namun, dalam pemantauan melalui satelit Terra dan satelit Aqua pada Rabu pukul 05.00 WIB, jumlah titik panas itu menurun yakni dua titik panas di Aceh, 25 titik di Riau, dan delapan titik di Sumatera Utara. "Mungkin, karena suhu masih dingin, titik panasnya belum terbaca," ucapnya.
Di Sumatera Utara, kata Hendra, 73 titik panas yang dapat berkembang menjadi kebakaran hutan tersebut terpantau di 17 kabupaten/kota.
Di Kabupaten Langkat lima titik, Karo lima titik, Simalungun lima titik, Asahan enam titik, Dairi tiga titik, Samosir tiga titik, Labuhan Batu Utara enam titik, Toba Samosir 12 titik, Labuhan Batu tujuh titik, Pakpak Bharat satu titik, Humbang Hasundutan enam titik, Labuhan Batu Selatan lima titik, Tapanuli Utara satu titik, Padang Lawas empat titik, Mandailing Natal lima titik, dan Kota Tanjung Balai satu titik.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk berhati-hati ketika melakukan aktivitas di sekitar kawasan hutan, terutama dalam membuang atau meninggalkan benda yang dapat memunculkan api.
"Puntung rokok pun jangan dibuang sembarangan di hutan," tandas dia.