Jumat 07 Feb 2014 18:36 WIB

10 Terduga Teroris Terlibat Dalam Penembakan Brimob di Poso

Sejumlah anggota Densus 88 Antiteror menggiring terduga teroris.
Foto: Antara
Sejumlah anggota Densus 88 Antiteror menggiring terduga teroris.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sebanyak 10 terduga teroris diduga terlibat baku tembak dengan anggota Brimob di Desa Taunca, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah pada Kamis (6/2) lalu dari pukul 10.30-14.30 WITA.

"Dilihat dari perlawanan yang dilakukan, lalu pergerakan atau pun perlawanan senjata api, diestimasi sekitar 10 orang dari kelompok ini," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Pol Boy Rafli Amar usai pelantikan dan serah terima jabatan petinggi Polri di Mabes Polri, Jakarta, Jumat.

Boy menjelaskan pada saat itu, anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah sedang melakukan Operasi Aman Maleo dengan menyisir kawasan lereng Gunung Biru untuk mendeteksi senjata api dan bahan peledak yang dimungkinkan disembunyikan di sana.

Dia menambahkan saat petugas menemukan beberapa tanda di lapangan, ditemukan adanya aktivitas yang selama ini sering terjadi, antara lain penemuan bahan material peledak, termasuk senjata rakitan.

"Pada saat mengintensifkan pencarian orang-orang tersebut, terjadi penembakan dan akhirnya terjadi saling tembak sekitar dua sampai tiga jam," paparnya.

Boy mengatakan berdasarkan barang bukti yang ditemukan, kelompok tersebut sedang melakukan latihan militer di lereng gunung tempat kelompok jaringan teroris Santoso melatih pada anggota-anggotanya.

"Beberapa tahun lalu, sudah teridentifikasi, tapi mereka berpindah-pindah, kita yang sedang bertugas patroli dalam rangka penegakan hukun untuk mengetahui keberadaan mereka malah ditembak duluan," ucapnya.

Barang bukti yang ditemukan, di antaranya satu senjata api laras panjang, satu "casing" bom lontong berbentuk seperti paralon, 13 butir selongsong peluru kalober 5,56 yang lazim untuk senjata M16, tiga besi cor yang lazim untuk senjata api rakitan, satu pakaian, dua celana pendek, lakban dan peralatan lain untuk membuat senjata.

"Bisa diduga mereka membangun kekuatan baik dari sisi kemampuan melakukan teror, maupun merakit bom karena kita tahu orang-orang yang merakit bom di sini juga pernah latihan di sana, daerah Gunung Biru itu daerah mereka," ujarnya.

Hal sama juga disampaikan Kapolri Jenderal Pol Sutarman untuk mewaspadai jaringan teroris karena sel-sel mereka yang masih hidup baik di barat maupun timur.

"Sel teroris masih hidup dan selalu akan melakukan target-target tertentu, banyak termasuk target anggota kita tapi sebetulnya kemarin itu bukan mentarget karena daerah itu sudah kita gunakan sebagai daerah patroli," tuturnya.

Jenderal polisi bintang empat itu mengaku sudah meminta Panglima TNI untuk mengadakan latihan-latihan militer di area tersebut, untuk mengetahui posisi-posisi penyimpanan senjata dan bahan peledak. "Sehingga, bisa terdeteksi bisa dilakukan kerja samanya seperti itu, militer dari

Kodam Tanjungpura melakukan latihan di sana, selama ini patroli cukup aman," katanya.

Terkait prosedur patroli, dia juga akan mengevaluasi agar anggota dilengkapi pelindung badan atau "body protector" agar tidak ada lagi anggota Polri yang tewas tertembak.

"Ini menjadi evaluasi bagi kita, jadi setiap anggota yang berpatroli di tempat rawan kita akan lengkapi dengan 'body protector' termasuk di Papua, sehingga tidak sia-sia menjadi korban," tukasnya.

Baku tembak antara terduga teroris dan anggota Brimob itu menewaskan dua terduga teroris kelompok Santoso dan satu anggota Brimob Bharatu (Anumerta) Putu Satria yang tertembak di dada.

Pada Jumat (7/2), Almarhum Satria diterbangkan ke Bali kepada pihak keluarga, sementara itu pencarian terduga teroris lainnya masih diupayakan yang bisa mengancam masyarakat dengan aksi teror.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement