Kamis 06 Feb 2014 16:47 WIB

Gubernur Papua: Ada Oknum TNI/Polri Jual Amunisi ke Separatis

Rep: akbar wijaya/ Red: Taufik Rachman
 Sejumlah senjata api rakitan dan peluru yang berhasil disita petugas kepolisian dari Cipayung saat rilis di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/9).    (Republika/Yasin Habibi)
Sejumlah senjata api rakitan dan peluru yang berhasil disita petugas kepolisian dari Cipayung saat rilis di Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Gubernur Papua, Lukas Enembe menengarai adanya keterlibatan oknum prajurit TNI dan Polri dalam sejumlah kasus penembakan di Papua. Menurut Lukas, oknum prajurit TNI dan Polri ada yang bekerja sebagai agen ganda dengan menjual amunisi kepada kelompok separatis.

"Kapolri dan Panglima TNI tertibkan. Karena amunisinya dijual anggota kita sendiri," kata Lukas di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (6/2).

Embe mengaku heran dengan penembakan yang dilakukan kelompok separatis. Menurutnya kelompok separatis seperti tidak pernah kehabisan peluru meskipun wilayah mereka diisolir di tengah hutan pedalaman. "Keamanan Papua sangat ketat sehingga sulit membawa senjata atau amunisi ilegal dari luar," ujarnya.

Sementara itu anggota Komisi I DPR, Yorrys Raweyai mensinyalir adanya keterlibatan oknum aparat keamanan dalam negeri di balik sejumlah kasus penembakan di Papua. Menurut Yorrys ada sejumlah oknum aparat yang sengaja menjual amunisi kepada kelompok separtis Papua. "Ada istilah datang membawa M-16 pulang membawa 16 M (Rp 16 miliar)," kata Yorrys di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (6/2).

Yorrys menyatakan selama ini aparat keamanan yang bertugas di Papua selalu kehabisan amunisi. Padahal intensitaas kontak senjata dengan kelompok separatis tidak terjadi setiap hari.

Kondisi ini menurut Yorrys dimungkinkan adanya transaksi perdagangan amunisi ilegal dari oknum aparat ke kelompok separtis. "Dari mana mereka (separatis) dapat amunisi? Ada indiksi pasukan yang dikirim datang bawa peluru pulang kehabisan peluru," ujar Yorrys.

Menurut informasi yang diterima Yorrys, satu butir peluru dijual dengan harga Rp 1.500 perselosong. Keyakinannya semakin menguat ketika sejumlah selosong yang ditemukan di area kontak senjata merupakan selongsong peluru yang dibuat PT Pindad Indonesia.

"Kenapa kontak senjata pelurunya tidak pernah habis? Ditemukan selongsong buatan Pindad, dari mana itu barang?" kata Yorrys.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement