REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi sampah di Jakarta mencapai 6.000 ton per hari. Itu artinya, kata penggagas Gerakan #betterjkt, Rommy, dalam setahun Jakarta menghasilkan sekitar 2 juta ton sampah.
Menurut Rommy, jika tak disikapi secara ekstrem, maka Jakarta sebagai metropolitan bisa menjadi momok karena bau dan penyakit yang disebabkan sampah. Pemerhati kota itu menyarankan agar sampah Jakarta bisa dikelola dengan baik.
"Sampah itu ada manfaatnya jika bisa dikelola dengan baik, karena dapat dijadikan pupuk dan bahkan sumber energi untuk listrik," tutur calon anggota DPD daerah pemilihan DKI Jakarta itu, Senin (3/2).
Ia mencontohkan, di Swedia sampah bisa jadi pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS). Bahkan, kata Rommy, Swedia harus impor sampah karena keberhasilan program daur ulang.
DKI Jakarta, menurut Rommy, menghasilkan sampah sekitar 2 juta ton sampah per tahun. "Jika dibanding dengan 1 distrik di Swedia, maka produksi sampah ini sudah mencukupi untuk pengelolaan sampah menjadi energi."
Sebagai perbandingan, kata dia, distrik tersebut setiap tahunnya mendapatkan 700 ribu ton sampah menghasilkan 1500 GWH panas yang menyumbang 30 persen energi panas menghasilkan 270 GWH electricity dan menutupi 5 persen kebutuhan listrik kota.
"Namun, dari segi pengangkutan sampah saja, prasarana yang dimiliki Jakarta masih terbatas. Jadi, untuk mengharapkan lebih daripada itu, yakni pengelolaan sampah menjadi sesuatu yang produktif akan lebih sulit rasanya," cetusnya.
Pihaknya menyayangkan keputusan DPRD DKI Jakarta yang menolak usulan penambahan armada pengangkut sampah. "Saya pribadi menyayangkan penolakan DPRD mengenai ajuan anggaran mengenai angkutan sampah ini. Karena dari segi kuantitas, jumlahnya tidak memadai dan dari segi kualitas, usia angkutan tersebut sudah tua sehingga mempengaruhi kinerja pembersihan sampah," ujarnya.
Rommy menyarankan agar Pemprov DKI segera mencari solusi. Menurut dia, Pemprov bisa menggaet pihak ketiga, melalui program CSR perusahaan-perusahaan atau hibah dari lembaga internasional/luar negeri.
"Sejatinya, penyebab banjir Jakarta tidak hanya karena curah hujan yang cukup tinggi, banjir kiriman, ataupun daya resap yang rendah karena pemukiman yang terlalu padat, tapi juga dikarenakan tumpukan sampah," tutur Rommy.