REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ratusan nelayan yang hidup di sepanjang pesisir pantai Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, merugi ratusan juta rupiah. Hal itu terjadi lantaran para nelayan tidak melaut sebagai akibat dari buruknya cuaca dalam dua pekan terakhir.
"Biasanya setiap kali melaut, kami bisa mendapatkan keuntungan Rp 10 juta. Namun dalam kondisi cuaca ekstrem seperti ini, kami tidak berani melaut karena itu kami alami kerugian," kata seorang nelayan Nikson Malelak, di Kupang, Senin.
Dia mengaku, bersama ratusan nelayan lainnya tidak bisa melaut, sebagai akibat dari cuaca buruk yang tidak menentu, dengan tinggi gelombang hingga mencapai enam meter. Para nelayan tidak berani mengambil risiko, karena bukan tidak mungkin akan berdampak kepada kerugian, baik kerugian material akibat rusak atau tenggelamnya alat tangkap, juga korban jiwa.
"Kami tidak berani paksakan diri untuk melaut dengan kondisi cuaca ekstrem seperti ini. Kami sangat takut dengan segala musibah yang akan terjadi," kata Nikson.
Dia mengatakan, untuk mengisi waktu selama tidak melaut, para nelayan melakukan pembersihan dan perbaikan sejumlah alat tangkap yang ada, agar bisa kembali normal sehingga pada saatnya kondisi normal, aktivitas tangkapan bisa berjalan baik.
"Kami berharap cuaca bisa segera kembali normal, agar kami bisa segera melakukan aktivitas penangkapan, demi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari," kata Nikson.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Kelas II El Tari Kupang Mohammad Syaeful Hadi mengatakan, cuaca ekstrem dari hujan ringan hingga lebat disertai angin kencang dan gelombang tinggi diperkirakan masih berlangsung di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur hingga tiga hari ke depan.
"Ini diakibatkan oleh adanya tekanan rendah di Tenggara dan Utara perairan Australia, sehingga menimbulkan hujan intensitas ringan-lebat disertai angin kencang dan gelombang laut tinggi," kata Syaeful, terpisah.