REPUBLIKA.CO.ID, KABANJAHE, SUMUT -- Upaya tim SAR (Search and Rescue) untuk mencari korban awan panas di Desa Sukameriah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, Ahad siang, terpaksa dihentikan sementara. Penghentian dilakukan karena gangguan awan panas dan situasi medan yang masih berbahaya.
Salah seorang relawan, Fahmi (34) di Kabanjahe, usai pencarian korban tersebut, menjelaskan situasi medan tempat terjadinya bencana tersebut, sangat berbahaya dan mencekam. Masih terjadi awan panas akibat erupsi Gunung Sinabung yang terjadi dua kali.
Para Tim SAR yang terdiri dari Satgas BNPB, TNI- AD, Polri, Tagana dan sejumlah relawan, menurut dia, sempat lari berhamburan ketika terjadinya awan panas secara tiba-tiba.
"Semburan awan panas itu diiringi suara gemuruh, dan angin kencang yang berasal dari puncak Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, atau sekitar 3 Km dari kawah gunung berapi tersebut," ucap Fahmi.
Dia mengatakan, saat pencarian para korban tersebut, Tim SAR hanya diberikan waktu selama 10 hingga 20 menit di lokasi kejadian, karena intensitas Gunung Sinabung masih keadaan tinggi dan mengeluarkan awan panas.
Pencarian warga korban awas panas di Desa Sukameriah atau sekitar 15 Km dari Kota Kabanjahe, kata Fahmi, hanya dilakukan dua kali, dan setelah itu langsung dihentikan, karena cuaca tidak mendukung, serta kabut tebal.
Bahkan, ujarnya, pihak petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hanya memberikan waktu sangat singkat untuk para korban awan panas yang terjadi, Sabtu (1/2) sekitar pukul 11.00 WIB, dan diduga masih ada yang belum ditemukan.
"Penghentian pencarian korban hari ini (Minggu, 2/2) pukul 13.00 WIB, juga berdasarkan saran dari PVMBG yang berada di Kabupaten Karo," kata Relawan.