Ahad 02 Feb 2014 09:02 WIB

Ratusan Nelayan Jayanti Terjerat Utang pada Tengkulak

 Seorang nelayan mengangkat jaring di wilayah pesisir pantai. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang nelayan mengangkat jaring di wilayah pesisir pantai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Sedikitnya 400 nelayan di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, sejak tiga bulan terakhir tidak melaut karena cuaca buruk. Akibatnya banyak nelayan yang terjerat utang pada tengkulak ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meskipun harga ikan di pasaran melonjak tajam.

Agus Effendi (48) salah seorang nelayan, berharap Pemkab Cianjur mendirikan koperasi usaha bersama (KUB) di luar bidang perikanan. Menurut dia, dengan adanya KUB, ada harapan nelayan untuk beralih profesi dan tidak terjebak sistem ijon yang diterapkan tengkulak.

"Kalau yang punya kebun bisa berkebun atau yang punya warung bisa berjualan. Sedangkan kami, yang tidak punya keahlian lain, ketika cuaca seperti saat ini, hanya bisa menganggur. Kalau pun ada pekerjaan serabutan, penghasilannya kecil," katanya.

Dia mengatakan, kondisi angin barat di awal tahun ini tidak seperti tahun lalu. Angin barat saat ini cukup kencang, dengan kecepatan mencapai 15-21 knot per jam, sehingga mengancam keselamatan di laut dan hasil tangkapan juga sedikit.

"Sekarang 200 kuintal per hari sudah untung, biasanya dalam satu hari tangkapan mencapai 2 ton. Kondisi seperti ini diperkirakan sampai bulan Maret. Kalau tidak punya tabungan pasti berutang ke tengkulak dan melunasinya dengan tangkapan ikan," ujarnya.

Hal senada dikatakan Asep Kodar (39) nelayan Pantai Jayanti. "Embusan angin begitu kencang ketika malam hari, akibatnya nelayan memilih untuk memarkir kapal takut karam ketika melaut," ujarnya.

"Angin barat sekarang berbeda, meski ombak dan gelombang di pinggir pantai tidak begitu besar, tetapi empasan gelombang di tengah laut cukup keras sehingga sangat membahayakan keselamatan," katanya.

Meskipun memaksakan diri untuk melaut, nelayan tidak berani menjaring ikan jauh dari bibir pantai. Biasanya nelayan di kawasan itu mampu menjaring ikan di tengah laut hingga 60 kilometer dari bibir pantai.

"Sekarang paling jauh 3 kilometer dari bibir pantai atau pelabuhan Pantai Jayanti, dengan hasil tangkapan tidak seberapa. Paling 20 persen nelayan yang ada masih memaksakan diri melaut," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement