REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hafidz Muftisany
Selama ini guru mengaji dibutuhkan, tetapi tak memperoleh perhatian.
JAKARTA — Daarul Quran (Daqu) memberikan asuransi bagi para guru mengaji di seluruh Indonesia. Program ini resmi berjalan pada Selasa (28/1). Direktur Eksekutif Daqu Tarmizi Ashidiq mengatakan sebagai langkah awal, asuransi diberikan untuk kecelakaan.
Ada 5.000 guru mengaji yang memperoleh asuransi tersebut. Mereka, di antaranya para guru di 3000 rumah tahfiz yang dikembangkan Daqu. “Pada tahun berikutnya kami menargetkan jumlah yang lebih besar,” kata Tarmizi, Rabu (29/1).
Dalam progam ini, lembaga yang dipimpin Ustaz Yusuf Mansur itu menggandeng perusahaan asuransi syariah Takaful. Sebenarnya, kesepakatan kerja sama berlangsung sejak Ramadhan tahun lalu. Namun, asuransi untuk guru ngaji ini baru resmi dijalankan tahun 2014.
Menurut Tarmizi, asuransi membantu guru mengaji memperoleh jaminan saat mereka mengalami kecelakaan. Sebab, tak jarang mereka yang umumnya tak mampu, menghadapi kesulitan saat menghadapi musibah berupa kecelakaan.
Dana untuk asuransi guru mengaji berasal dari sedekah masyarakat. Dengan donasi Rp 100 ribu, masyarakat membantu menghadirkan asuransi bagi para guru mengaji. Selain asuransi kecelakaan, Daqu juga berencana membuat asuransi kesehatan.
“Kami berharap para guru mengaji pun tak kebingungan saat sakit dan harus berobat,” kata Tarmizi. Banyak kejadian para dhuafa sakit namun karena tak memiliki cukup uang untuk berobat, akhirnya mereka tak ke rumah sakit. Sehingga, sakitnya bertambah parah.
Menurutnyaa, asuransi kesehatan untuk guru mengaji mulai diluncurkan pertengahan tahun ini. Terkait persoalan layanan kesehatan bagi dhuafa, Daqu telah membangun dua klinik kesehatan. Lokasinya ada di Magelang, Jawa Tengah, dan Malang, Jawa Timur.
Pada 2014 Daqu bertekad membangun 100 klinik kesehatan lainnya di seluruh Indonesia. Rektor Institut Islam Alquran (IIQ) Jakarta Dr Ahsin Sakho Muhammad menyambut baik asuransi untuk guru ngaji. Pada masa mendatang, mestinya hal itu dikembangkan lebih luas.
Selama ini, ia mengatakan, guru mengaji dibutuhkan, tetapi tidak memperoleh perhatian. “Kesejahteraan guru mengaji masih sangat kurang,” kata Ahsin. Padahal, guru mengaji merupakan peletak dasar ilmu agama untuk generasi Muslim.
Karena itu, ia menegaskan nasib guru mengaji wajib diperhatikan. Masyarakat membutuhkan peran mereka. Jika dilihat, saat ini tempat tinggal umat Islam semakin jauh dari pusat-pusat pendidikan agama. Ini menjadi salah satu penyebab umat kian jauh dari agama.
Selain meletakkan dasar ilmu agama, guru mengaji mendoktrinasi pilihan fikih generasi Muslim. Mereka mengenalkan kepada anak-anak tata cara berwudhu, kaidah shalat, dan amaliyah lain dalam Islam. Guru mengaji juga mengajarkan dasar akhlak Islam sedari dini.
“Misalnya, cium tangan gurunya sebagai penghormatan. Tidak ribut saat belajar. Itu dasar akhlak Islam,” ujar Ahsin. Ia menambahkan, adanya pengajaran Islam oleh guru mengaji, lingkungan akan mempunyai suasana religius.
Dengan demikian, peran vital guru mengaji layak diganjar jaminan kesejahteraan. Salah satunya dengan asuransi. Ahsin pun mengingatkan agar asuransi yang digunakan untuk guru mengaji harus asuransi syariah. “Jika diperhatikan seperti ini, harapannya banyak yang mau jadi guru mengaji,” kata Ahsin.