Rabu 29 Jan 2014 11:05 WIB

Fitnah-Fitnah yang Membekas di Hati SBY

Rep: Esthi Maharani/ Red: Mansyur Faqih
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) berfoto bersama para penerima buku karyanya saat peluncuran di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (17/1).
Foto: Antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) berfoto bersama para penerima buku karyanya saat peluncuran di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sudah tak ingat lagi berapa banyak fitnah yang ditujukan kepadanya sejak menjabat pada 2004. Tetapi, ada sejumlah fitnah yang cukup membekas di hati dan mengganggu pikirannya dan keluarga. 

Hal tersebut setidaknya bisa dilihat dalam buku Selalu Ada Pilihan di artikel yang berjudul Hujan Fitnah Yang Sambung Menyambung di halaman 128. 

"Di bagian ini, saya hanya ingin menyebutkan beberapa contoh fitnah yang sungguh mengganggu pikiran saya dan keluarga. Kerusakan atas nama baik dan kehormatan saya memang tidak ternilai harganya akibat fitnah-fitnah itu," tulisnya di halaman 129. 

Ia mengatakan sejak awal mengemban tugas sebagai presiden, fitnah sudah muncul. Ia mengaku difitnah menerima bantuan dana dari asing sejumlah 50 juta dolar AS dalam pilpres 2004. Jumlah tersebut setara dengan setengah triliun rupiah. "Luar biasa kejamnya," tulis SBY. 

Ia juga merasa difitnah bahwa sebelum memasuki Akademi Militer atau Akabri telah menikah dan mempunyai dua orang anak. Sesuatu yang jika benar, maka ia sudah pasti dipecat dari akademi atau diberhentikan dari dinas militer. "Sesuatu yang menyakitkan," tulis SBY menanggapi isu tersebut. 

Keluarga SBY pun tak luput dari fitnah. Keluarga merasa difitnah menerima pemberian mobil Jaguar dari seorang pengusaha. Sementara itu, Partai Demokrat dan tim sukses dalam pilpres juga difitnah telah menerima aliran dana Rp 6,7 triliun. "Bukan main jahatnya," tulisnya. 

Ia juga mengatakan difitnah seolah-olah mengeluarkan perintah untuk melakukan bail out Bank Century pada 2008. "Fitnah ini bahkan masih terus dilancarkan oleh seorang anggota DPR hingga buku ini dipersiapkan. Belakangan Pak Boediono menggunakan istilah 'pengambilalihan', bukan bail out," katanya. 

Yang belum lama terjadi, lanjut SBY, adalah fitnah atas penghargaan dari Kerajaan Inggris yaitu Knight Grand Cross of the Order of Bath diterjemahkan sebagai Salib Agung. Sehingga itu hanya berlaku bagi komunitas Kristiani.

Kenyataannyya, kata dia, banyak kepala negara yang beragama Islam yang menerima penghargaan itu. "Yang lebih menyakitkan adalah diedarkannya berita bahwa penghargaan yang saya terima itu sebagai konsesi pemberian usaha gas bumi kepada perusahaan BP yang beroperasi di Papua. Keterlaluan," katanya. 

SBY mengatakan contoh-contoh tersebut adalah sebagian kecil. Yang lainnya bisa lebih sadis dan keterlaluan. Ia pun menegaskan semua fitnah tersebut tidak benar. 

"Yang jelas, di hadapan Allah SWT, saya harus mengatakan bahwa 100 persen fitnah itu tidak benar. Saya sanggup mempertanggungjawabkannya di dunia dan akhirat," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement