REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAILIAT -- Menjelang hari raya Imlek 31 Januari 2014, sejumlah pedagang lampion di kawasan Pasar Sungailiat, Provinsi Bangka Belitung (Babel) justru mengeluhkan penurunan omzet.
Diakui Awe, salah seorang pemilik toko lampion, pada Imlek kali ini memang terjadi penurunan omzet yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan Imlek tahun lalu. "Tahun ini menjelang Imlek justru kurang ramai pembeli, penjualan lampion dan pernak-pernik Imlek dibandingkan tahun lalu turun kurang lebih sampai 20 persen," ujar Awe, Rabu (29/1).
Menurut dia, sepinya pasaran lampion pada tahun baru Cina kali ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang semakin menurun akibat tingkat ekonomi yang semakin sulit. "Pasaran lampion sepi salah satunya mungkin karena kondisi keuangan masyarakat yang sedang menurun pascatimah," ujarnya.
Amen pedagang lampion lainnya juga merasakan hal yang sama sepinya daya beli masyarakat yang merayakan Imlek membuatnya tidak berani menyetok barang terlalu banyak. "Kita gak berani stok barang terlalu banyak dikarenakan daya beli masyarakat yang kian menurun, padahal biasanya sebulan sebelum Imlek para pembeli sudah membanjiri toko kami untuk mencari lampion dan pernak-pernik untuk merayakan Imlek," kata dia.
Ia mengatakan untuk saat ini selain pernak-pernik Imlek pihaknya juga menjual berbagai macam lampion yakni lampion jenis kerangka dan lampion nanas mulai dari ukuran 10 inci hingga 20 inci dengan harga yang bervariasi. "Untuk ukuran lampion jenis kerangka kita jual mulai harga Rp 75 ribu hingga Rp 120 ribu sepasang dan untuk lampion nanas harganya mulai Rp 35 ribu hingga Rp 75 ribu sepasang," ujarnya.