Senin 27 Jan 2014 19:56 WIB

Golkar Kembali Wacanakan Soeharto Pahlawan

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Joko Sadewo
Mayjen TNI Soeharto saat memimpin penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya
Foto: ARNI
Mayjen TNI Soeharto saat memimpin penggalian jenazah para jenderal di Lubang Buaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pemberian gelar pahlawan bagi mantan presiden Soeharto dinilai layak oleh sebagian kalangan. Hal ini mengemuka di sela-sela peringatan enam tahun wafatnya Soeharto yang jatuh pada 27 Januari.

‘’Soeharto pantas mendapatkan gelar pahlawan nasional,’’ ujar kader Partai Golkar yang juga anggota Fraksi Partai Golkar di DPR, Poempida Hidayatulloh, kepada Republika, Senin (27/1). Dasarnya, sebagai bangsa yang besar bangsa Indonesia harus menghargai para pemimpinnya.

Menurut Poempida, bila hanya membicarakan kekurangan seorang pemimpin maka Indonesia tidak bisa menjadi bangsa yang besar. Intinya, kalau ingin menjadi bangsa besar maka semua pemimpin harus dihormati dan dihargai.

Khusus Soeharto, lanjut Poempida, telah menunjukkan kebesarannya dalam memimpin negara. Hal ini ditandai dengan bersedia mundur di kala warganya meminta turun dari posisi pemimpin.

Langkahnya tersebut menunjukkan kebesarannya dan menghindari konflik berkepanjangan seperti perang saudara yang terjadi di negara lain. Poempida mencontohkan konflik tersebut misalnya terjadi di Libya dan Suriah.

Oleh karena itu Poempida merasa heran dengan banyak pihak yang meributkan masalah pemberian gelar pahlawan bagi Soeharto. Ditambahkan dia, para pemimpin termasuk Soeharto telah mewarisi basis hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu kepemimpinannya telah menjadi sejarah tersendiri bagi bangsa.

Ke depan, lanjut Poempida, Golkar akan mendorong pemberian gelar pahlawan bagi Soeharto. ‘’Bila ada kesempatan pasti kembali didorong,’’ imbuh dia, yang kini menjadi anggota Komisi IX DPR RI.

Di sisi lain Poempida mengakui, pada masa 1990 ia juga berupaya melawan rezim otoriter bersama dengan yang lain. Namun, setelah masuk reformasi maka harus ada upaya penghormatan bagi semua pemimpin bangsa.

Meskipun kata Poempida, dalam kepemimpinannaya ada kekurangan maupun kesalahan. Terkecuali, pada saat memimpin terjadi pengkhianatan terhadap bangsanya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement