REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk mengatakan, pengusaha perlu didorong untuk mau sebagai calon presiden atau calon wakil presiden mengingat mahalnya biaya politik untuk menjadi capres.
"Pengusaha kaya atau 'enterpreneur' sudah seharusnya lebih didorong untuk menjadi capres atau cawapres. Jangan untuk kepentingan bisnis saja mereka bergerak, tapi juga harus kepentingan negara," kata Hamdi dalam acara diskusi Redsbons dengan tajuk 'Mahalnya Ongkos Nyapres' di Cikini Jakarta Pusat, Sabtu.
Ia mencontohkan pengusaha yang berhasil di dunia politik seperti Bloomberg yang juga Walikota New York yang mengeluarkan dana pribadi USD700 juta untuk kepentingan umum.
Bahkan, Bloomberg mengeluarkan dari dana pribadinya sendiri sebesar 120 juta US dollar digunakannya untuk kampanye.
"Itu membuktikan tidak semua orang kaya akan berfikir bisnis, tapi juga untuk kepentingan umum. Saya yakin di Indonesia ada enterpreneur yang seperti itu, tinggal didorong saja," ujarnya
Menurut dia, ada beberapa pengusaha sukses Indonesia yang memiliki manajemen yang bagus, perencanaan yang matang dan pekerja keras.
"Mereka harusnya didorong untuk nyapres, begitu juga orang orang kaya atau filontropis. Dorong mereka menjadi negarawan, bukan berhenti pada profesi bisnis semata," tambahnya.
Namun lanjut, dia, jika ada seorang pengusahan yang ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin, apalagi presiden, para pemilih harus kritis melihat latar belakang pengusaha tersebut. "Siapapun dia harus di lihat 'track recordnya'," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Politisi Partai Golkar Indra J Piliang mengatakan, ada beberapa pengusaha sukses Indonesia yang berpotensi menjadi negarawan dan dapat meniru langkah Bloomberg tersebut, seperti Tahir pemilik Mayapada Grup, Sandiaga Uno, Gita Wirijawan dan Sudhamek. "Nama-nama itu berpotensi menjadi negarawan," ujarnya.