Kamis 23 Jan 2014 19:03 WIB

Kongres Kebudayaan Kaltara Pertama Segera Digelar

Kalimantan Utara
Foto: IST
Kalimantan Utara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Bintang Utara, Kalimantan Utara, akan menggagas Kongres Kebudayaan Kaltara I. Agenda itu untuk mengembangkan kearifan lokal melalui seni dan budaya. Apalagi, posisi Kaltara sangat strategis menjaga keluhuran budaya bangsa.

Ketua Umum Bintang Utara, Jimmy Borneo, mengatakan, selama ini generasi muda dan masyarakat umum banyak meninggalkan warisan budaya nenek moyang dan kearifan lokal. Padahal, sebagai provinsi termuda, pengembangan seni budaya di Kaltara memiliki peran vital.

Kaltara, lanjut Jimmy, perlu menguatkan dan mengembangkan identitas budayanya. "Apalagi bagi provinsi di garda terdepan NKRI," ujarnya, melalui rilis yang diterima ROL, Kamis (23/1).

Jimmy menjelaskan, Kaltara menjadi satu provinsi sentral membendung budaya barat yang dinilai bisa merusak generasi. "Sebelum kongres kebudayaan, kita telah menghelat sejumlah agenda budaya," katanya. Antara lain, pentas seni budaya, parade seni, dan agenda budaya lainnya di Kaltara.

Kongres Kebudayaan Kaltara I, rencananya digelar 7-9 Feberuari 2014 di Hotel Kaltara. Agenda akan dipandu artis senior yang juga Wakil Ketua Liga Budaya Nusantara, Didin Bagito.

Perhelatan bersejarah bagi insan budaya di Kaltara ini akan menghadirkan sejumlah pemateri. Di antaranya, Pj Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, Bupati/walikota se-Kaltara, budayawan, redaktur Republika Online Jakarta, penulis buku, tokoh adat, dan pemateri lain. Delegasi pelajar dan guru se-Kaltara juga siap menghadiri perhelatan ini.

Diharapkan, kongres tersebut bisa merumuskan sejumlah rekomendasi yang akan dibawa ke pusat. "Kami mohon doa dan dukungan seluruh pihak menjaga budaya bangsa di wilayah terdepan RI," tutur Jimmy.

Panitia Kongres, Rudi Agung Prabowo, menambahkan, budaya barat telah merusak bangsa ini. Terutama generasi muda. Bahkan, kerusakan budaya merangsek ke daerah pedalaman-pedalaman di Kaltara. Misal, di Sekatak, Bulungan.

"Banyak ABG wanita menggunakan celana pendek, yang sangat jauh dari budaya mereka sendiri," jelasnya. Padahal suku Dayak termasuk ketat dalam menjaga etika dan kesantunan. Generasi muda, lanjut Rudi, dirusak melalui siaran televisi yang destruktif.

Tontotan itu telah lama masuk ke pelosok pedalaman Kalimantan dan menjadi kiblat. "Apa yang ada di televisi ditiru sebagai acuan. Miris sekali ya," tutur Rudi.

Diharapkannya, Kongres Kebudayaan nanti bisa menghasilkan rekomendasi dan program tuntas pihak terkait. Demi menjaga serta mengembangkan budaya dan kearifan lokal yang santun dan membanggakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement