Rabu 22 Jan 2014 06:28 WIB

Ribuan Hektare Tambak Terendam Banjir

Petambak udang (ilustrasi)
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petambak udang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki hari keempat, banjir besar yang menerjang sedikitnya 22 kecamatan di Kabupaten Indramayu, masih terus terjadi.

Selain merendam banyak rumah warga, areal persawahan dan jalan raya, banjir juga merendam ribuan hektare tambak.

Berdasarkan data sementara dari Humas Setda Kabupaten Indramayu, areal tambak yang terendam sedikitnya mencapai 4.899 hektare.

Jumlah itu tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Cantigi seluas 3.628 hektare, Pasekan 1.010 hektare, Indramayu 244 hektare dan Losarang 17 hektare.

Di Kecamatan Cantigi, berdasarkan pantauan, Selasa (21/1), banjir tersebar di sejumlah desa, di antaranya Desa Lamarantarung, Cantigi, Panyingkiran Lor, dan Panyingkiran Kidul.

Di desa-desa itu, ribuan hektare tambak berubah menjadi lautan. Batas petakan setiap tambak sudah tidak terlihat karena semuanya tertutup air berwarna kecoklatan.

Selain hujan deras yang mengguyur sejak Jumat (17/1) lalu, peristiwa tersebut juga disebabkan banjir kiriman dari daerah-daerah di wilayah hulu sungai Cimanuk.

Ditambah lagi, dalam waktu bersamaan, air laut di perairan Indramayu sedang pasang sehingga air langsung melimpas ke desa-desa yang terletak di sepanjang alur sungai Cimanuk itu.

Kondisi itu secara otomatis menyebabkan ikan bandeng maupun udang yang dibudidayakan di dalam tambak, menjadi hanyut.

Petambak pun harus menanggung kerugian yang besar. ‘’Sudah hancur semuanya,’’ ujar Ratidin, seorang petambak di Blok Pulomas Desa Panyingkiran Lor, Kecamatan Cantigi.

Ratidin mengatakan, umur bandeng milik petambak yang kini hanyut rata-rata sudah mencapai tiga bulan. Sedangkan udang, rata-rata berumur setengah sampai satu bulan.

Ratidin mengatakan, kerugian yang dialaminya sebesar Rp 10 juta per hektare. Dengan luas areal tambaknya yang mencapai dua hectare, total kerugian yang dialaminya sekitar Rp 20 juta.

Kerugian serupa juga dialami pemilik tambak lainnya, Asep. Dia mengatakan, mengalami kerugian sekitar Rp 15 juta. Selain akibat hilangnya bandeng, kerugian juga terjadi karena dia telah mengeluarkan biaya pakan ikan dan pemeliharaannya.

Tak hanya rugi akibat hilangnya budidaya tambak, para pemilik tambak pun harus mengeluarkan modal lebih besar untuk memulai kembali usa ha tersebut. Pasalnya, mereka harus mengeluarkan biaya untuk menguras tambak yang saat ini dipenuhi sampah dari sungai.

Sementara itu, hanyutnya bandeng dan udang dari tambak akibat banjir, membawa keuntungan untuk warga. Dengan menggunakan jaring dan jala, mereka mencari bandeng dan udang yang hanyut terbawa banjir. Bandeng dan udang itu kemudian mereka jual.

‘’Lumayan, kemarin saya bisa dapat Rp 100 ribu,’’ kata seorang warga Kelurahan Lemah Mekar, Kecamatan Indramayu, Khaerudin. N lilis

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement