Selasa 21 Jan 2014 19:39 WIB

Tokoh Bali: Nyepi Jangan Ditunggangi Politik

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Dewi Mardiani
Ogoh-ogoh mirip 'Anas' di Bali jelang hari raya Nyepi, Selasa (12/3/2013)
Foto: Republika/Ahmad Baraas
Ogoh-ogoh mirip 'Anas' di Bali jelang hari raya Nyepi, Selasa (12/3/2013)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Mantan Ketua KPU Provinsi Bali, Dr Anak Agung Oka Wisnumurti, mengingatkan agar perayaan Nyepi menyambut Tahun Baru Caka 1936 pada 31 Maret jangan sampai ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan politik praktis.

Menurutnya, Nyepi adalah sebuah upacara agama, yang dilakukan dengan aktivitas penyucian lewat catur Beratha Penyepian. Wisnumurti, pada Selasa (21/1), menyebutkan, secara kebetulan kegiatan pemilu yang dilaksanakan setiap lima tahun, bulannya hampir bersamaan dengan Nyepi yang setiap tahunnya dilaksanakan setiap bulan Maret.

"Jangan sampai Nyepi dinodai atau ternodai oleh kepentingan-kepentingan politik sesaat," kata Wisnumurti. Dikatakannya, dalam beberapa kali Nyepi sejumlah warga membuat ogoh-ogoh yang menyerupai tokoh-tokoh politik tertentu, seperti ogoh-ogoh "Anas Digantung di Monas" dan tahun sebelumnya ada pula ogoh-ogoh "Inul Daratista".

Ogoh-ogoh adalah boneka kertas berukuran raksasa, bermakna roh jahat yang diarak keliling kampung pada malam menjelang Nyepi (pengerupukan) dan setelah itu dibakar. Hal itu, nilai Wisnumurti, kalau ada masyarakat yang membuat tokoh tertentu, dapat menimbulkan reaksi dari pihak lain, mengingat ogoh-ogoh perlambang keburukan.

 

Ketua Yayasan Korpri itu tidak memungkiri, dalam tahun politik, bisa jadi ada masyarakat yang tergiur membuat ogoh-ogoh yang bernuansa politik. Karena itu, katanya, agar hal serupa tidak terulang lagi, tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat memberikan pengarahan kepada masyarakat. "Agar memanfaatkan momen pelaksanaan Nyepi benar-benar untuk kegiatan agama," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement