REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi PDI Perjuangan, Hendrawan Supraktikno membantah Megawati Soekarnoputri merasa sakit hati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam Pemilu Presiden (pilpres) 2004 dan 2009.
Sikap "dingin" Megawati kepada SBY lebih disebabkan oleh penyelenggaraan pemilu yang tidak fair dalam dua periode tersebut. "Ibu Megawati tidak sakit hati. Kami hanya merasa dicurangi," kata Hendrawan kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (21/1).
Hendrawan menyatakan PDIP banyak menemui kecurangan dalam Pemilu 2004 dan 2009. Kecurangan itu misalnya terdapat dalam data daftar pemilih tetap (DPT) yang ambaradul, sistem informasi teknologi KPU yang tidak transparan, dan intervensi intelijen. "Intinya pemilu tidak jujur, adil, langsung, umum, dan bebas rahasia," ujarnya.
Ibarat pertandingan sepak bola, kata Hendrawan, para pemain akan sulit menerima hasil pertandingan apabila penyelenggara pertandingan bertindak manipulatif. "Ibarat sepak bola kita tidak bisa mengakui hakim garis dan wasit disuap," katanya.
Hendrawan menjelaskan sikap "dingin" Megawati terhadap SBY juga dimaksudkan untuk menegaskan sikap oposisi PDIP. Menurutnya, Megawati ingin meneguhkan konsistensi politiknya di mata para kader akar rumput PDIP.
"Ibu ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa ketum PDIP masih tangguh. Masih konsisten. Sehingga garis positioning kita sebagai oposisi jelas," ujarnya.
Sebelumnya SBY dalam buku terbarunya "SBY Selalu Ada Pilihan" menyebut ada peserta Pilpres 2004 yang tidak terima dengan kemenangannya. Meskipun SBY tidak spesifik menyebut pihak itu adalah Megawati, namun sejumlah internal PDIP mengganggap apa yang ditulis SBY ditujukan kepada Megawati.
"Susah untuk dimungkiri pernyataan itu tidak dialamatkan untuk ketua umum kami," ujar Ketua DPP PDIP, Rochmin Dahuri.