REPUBLIKA.CO.ID, MANADO – Kantor DPRD Sulawesi Utara (Sulut), kini sedikit beralih fungsi. Tak lagi hanya ditempati untuk rapat-rapat anggota dewan, namun kini lantai satunya dipenuhi ratusan pengungsi korban banjir bandang.
Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Syamsuddin Alimsyah yang saat ini berada di Manado menuturkan, dia menyaksikan ada banyak warga Manado yang kini mengungsi di kantor DPRD Sulut.
"Kali ini gedung DPRD Sulut benar-benar menjadi rumah rakyat," ujar Syamsuddin, Senin (20/1).
Syamsuddin menceritakan, dia menyaksikan sedikitnya ada tiga anak bayi, juga sejumlah orangtua yang ikut mengungsi di Gedung Cengkih Sario, Manado itu.
Dia pun melihat seorang nenek berusia 70 tahun tertidur di atas kursi-kursi DPRD yang disatukan menjadi semacam tempat tidur. Seorang ibu juga duduk di salah satu pojok ruangan dan menunggui bayinya yang baru berusia dua bulan sedang tertidur pulas di dalam kereta bayinya.
Syamsuddin mengatakan, DPRD Sulut ikhlas menyerahkan ruangannya untuk dipakai oleh para pengungsi. Kedatangan Syamsuddin ke Manado, adalah untuk menghadiri rapat persiapan pendampingan Perda Kesehatan di DPRD Sulut. Menurutnya, ruang badan kerja legislasi Sulut yang biasanya dipakai rapat membahas sejumlah perda-perda, kini sudah ditempati pengungsi. ‘’Rapat terpaksa dipindah ke lantai dua,’’ ujarnya.
Menurut Sekretaris Dewan DPRD Sulut , Jhon Palundang, saat ini jumlah pengungsi di kantor DPRD Sulut ada sekitar 400an orang. Tidak hanya merelakan ruangannya dipakai oleh para pengungsi, DPRD Sulut juga menyediakan makanan dan minuman bagi pengungsi yang ada di gedung rakyat tersebut.
‘’Ini soal kemanusiaan. Semua makan dan minum pengungsi ditanggung dengan menggunakan dana APBD.,’’ ujar Jhon.