REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus memberikan bantuan bagi korban bencana erupsi Gunung Sinabung, Sumatera Utara. Salah satu yang menjadi fokus ACT adalah penyembuhan trauma bagi anak-anak di tempat pengungsian.
Komandan Rescue ACT Andhika Purbo Swasono mengatakan, trauma healing dibutuhkan bagi korban bencana, terutama anak-anak. Karena, ia mengatakan, aktivitas anak-anak sudah terbatasi akibat adanya bencana. Lama tinggal di tempat pengungsian bisa menyebabkan stres.
"Stres ini bisa memicu penyakit," kata dia, di Cikini, Jakarta, Sabtu (18/1).
Untuk trauma healing itu, ACT bekerja sama dengan tim psikologi Universitas Sumatera Utara (USU). Ia mengatakan, kegiatan itu dilakukan di tempat-tempat pengungsian. Selain itu, ACT juga masih terus memberikan bantuan dalam penyaluran logistik bagi para pengungsi.
"Kita mencoba agar kehidupan para pengungsi tidak terpuruk nantinya," ujar dia.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyebut sudah ada 27.319 jiwa pengungsi akibat bencana erupsi. Terdiri dari 8.546 kepala keluarga yang tersebar di 40 titik penampungan. BNPB mengingatkan warga di sekitar lokasi bencana untuk tetap waspada. Mengingat status Gunung Sinabung masih sangat aktif. Meskipun tren erupsinya sudah menunjukkan penurunan.