REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Nelayan tradisional pesisir Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau sejak beberapa pekan terakhir tidak melaut. Ini karena angin utara kencang mengakibatkan cuaca buruk dan gelombang tinggi.
"Gelombang laut sangat tinggi dan angin kencang membahayakan bagi kami yang hanya melaut menggunakan perahu-perahu kecil. Apalagi kondisi seperti ini juga membuat ikan sulit didapat, jadi kami memilih tidak melaut," kata seorang nelayan di Telaga Punggur, Batam, Nur Aziz, Sabtu (17/1).
Ia mengaku bersama banyak kawannya memilih memperbaiki kapal sebagai persiapan melaut jika cuaca sudah kembali mendukung setelah angin utara berlalu.
"Mau bagaimana lagi, alam tidak bisa dilawan, apalagi kalau dipaksa juga tidak akan bisa mendapatkan hasil tangkapan yang memuaskan. Ini kesempatan kami untuk kembali mempersiapkan kapal sebelum kembali melaut," kata dia.
Nur memperkirakan, musim utara berakhir pada pertengahan Februari bertepatan dengan Tahun Baru Imlek.
Seorang nelayan lain di kawasan Barelang, Nurrahman, memilih menjadi pengumpul ganggang (alga laut) yang banyak tersebar di karang-karang pinggir pulau selama musim utara.
"Saat tidak melaut ini yang bisa kami lakukan. Sekadar mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari, karena hasilnya memang tidak besar," kata Nurrahman.
Walau pun harganya murah, kata dia, ganggang mudah diperoleh di perairan Batam.