REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan teknologi modifikasi cuaca dibutuhkan untuk mengurangi curah hujan di wilayah ibu kota.
"Kita tidak mau ambil risiko kalau-kalau nanti banjir di Jakarta malah bertambah karena curah hujan yang terus meningkat sampai Maret 2014," kata Basuki di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (17/1).
Pria yang akrab disapa Ahok itu mengaku lebih memilih mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk melakukan modifikasi cuaca daripada membiarkan banjir merendam ibu kota.
"Lagipula, biaya yang kita keluarkan untuk melakukan modifikasi cuaca tidak akan sebanding dengan kerugian yang ditimbulkan akibat banjir. Makanya, kita lebih pilih teknologi itu," ujar Ahok.
Dia menuturkan, biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan teknologi tersebut sebesar Rp 20 miliar. Teknologi itu dilakukan dengan cara menaburkan garam diatas awan untuk mengendalikan curah hujan selama dua bulan.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Wiriyatmoko mengungkapkan total biaya yang diperlukan untuk penerapan teknologi itu mencapai Rp 28 miliar.
Akan tetapi, lanjut dia, biaya tersebut ditanggung oleh dua pihak, yaitu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI sebesar Rp 20 miliar dan Rp 8 miliar oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).
"Biaya penerapan teknologi tersebut telah dialokasikan didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014. Tapi, karena APBD belum disahkan, jadinya belum bisa dikucurkan dan kita pinjam dana BNPB terlebih dahulu," tambah Wiriyatmoko