REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Bos Lion Air Rusdi Kirana bergabung ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan kejutan di awal tahun politik.
Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq menilai langkah 'politik kuda' Rusdi Kirana mendarat ke PKB setelah sebelumnya tidak jadi ikut Konvensi Capres Partai Demokrat di luar dugaan banyak orang.
Meski begitu, aktivis sosial-keagamaan itu mengapresiasi sikap politik Rusdi Kirana tersebut. Mengingat, pilihan politiknya adalah PKB yang notabene basis sosialnya adalah warga NU. "Ini menandakan politik berbasis kewargaan kian menguat seiring pelembagaan demokrasi," ungkap Fajar, Senin (13/1).
Sementara itu, pengamat politik Endang Tirtana mengatakan, keputusan Rusdi Kirana bergabung ke partai politik sudah terbaca sebelumnya.
"Sudah ada signal. Kan ketika tidak jadi ikut konvensi, dia sudah mengatakan akan menjadikan politik sebagai pilihan alat perjuangan," tutur Endang.
Endang menilai, dengan bergabungnya Rusdi Kirana, PKB semakin diperhitungkan pada Pemilu 2014 nanti. "Karena dia dikenal sebagai pengusaha sukses yang cukup membanggakan Indonesia. Kematangannya tak usah diragukan," jelas Endang.
Bahkan, menurut Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies (Intrans) Saiful Haq, elektabilitas PKB yang selama ini berada di papan tengah bisa memperoleh suara dua digit pada Pemilu Legislatif nanti.
"PKB akan jadi partai papan tengah yang paling diperhitungkan, bahkan dengan masuknya RK bisa menembus dua digit perolehan suara," jelas Saiful.
Pasalnya, Rusdi Kirana yang merupakan pengusaha besar, produk reformasi berasal dari etnik Cina itu sudah menegaskan PKB adalah partai Islam pluralis. Menurutnya, hal ini akan mencuri ceruk suara partai-partai Islam yang kini justeru mengalami degradasi.
"RK bersama Muhaimin tentu punya kiat khusus untuk mengoptimalkan elektabilitas PKB dalam pileg. Terkhusus menempatkan PKB sebagai partai paling diincar dalam koalisi Pilpres nanti," tegas Saiful.
Namun, penilaian berbeda disampaikan pengamat politik Boni Hargen. Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia itu, Rusdi Kirana dan PKB sama-sama dilandasi kepentingan pragmatis.
"Wajar itu. PKB butuh dana. Politik ini sudah dilanda pragmatisme,'' tuturnya. Sedangkan, kata Boni, Rusdi saya hanya ingin memiliki power. Bagi pengusaha, tutur dia, itu ada nilai plus.
''Setidaknya menjamin keamanan bisnis dengan mengambil bagian dalam jaringan politik," ungkap Boni.