REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Potensi bencana di Kabupaten Sleman tahun ini masih tinggi. Untuk itu, pemerintah setempat menyediakan dana Rp7 miliar untuk penanggulangan dan penanganan bencana 2014 dari APBD.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan potensi bencana tahun ini di Sleman antara lain angin kencang, banjir bandang, dan tanah longsor. Untuk Gunung Merapi dinilai sementara masih aman.
"Kami mewaspadai hujan lebat yang membawa angin pada Januari-Februari," ujarnya ditemui di Sleman, Jumat (10/1).
Dana kebencanaan tahun ini naik dari sebelumnya Rp 6 miliar. Dana tersebut termasuk digunakan untuk membantu korban bencana. Untuk warga yang mengalami rusak ringan akan mendapat bantuan Rp500 ribu, rusak sedang Rp1 juta, dan rusak berat Rp2 juta.
Angin kencang dinilai berpotensi di semua wilayah. Oleh sebab itu, masyarakat diminta waspada terhadap hujan yang disertai angin kencang. "Kurangi ranting pohon," ujarnya.
Potensi tanah longsor terjadi di sejumlah kecamatan seperti Prambanan, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Kecamatan tersebut berpotensi bencana longsor karena memiliki tebing-tebing. "Air mengalir karena hujan lebat berpotensi membuat tanah longsor," ujar Juli.
Salah satu wilayah yang terancam tanah longsor adalah Dusun Watu Kangsi di Kecamatan Prambanan. Tebing setinggi 200 meter mengalami keretakan dan mengancam 15 kepala keluarga yang bermukim di bawahnya.
Juli mengatakan pihaknya akan memangkas batu yang rawan longsor di Watu Kangsi pada Februari mendatang. "Batu itu sudah sedikit menggantung sehingga rawan longsor," ungkapnya.
Data dari BPBD Sleman sebelumnya mengungkap sejumlah wilayah rawan bencana angin kencang sampai puting beliung yakni diantaranya Seyegan, Mlati, dan Kalasan. Pada Oktober-November tahun lalu, 23 rumah rusak akibat angin kencang di Kecamatan Prambanan, Pakem, Turi, Minggir, Kalasan, dan Ngemplak.
Sementara itu, banjir berpotensi terjadi di Babatan Baru dan Santikara. Curah hujan tinggi juga berpotensi membuat genangan di depan Ambarukmo Plaza, selatan UNY, Seturan, dan wilayah barat Kentungan.
Ditemui sebelumnya, Kepala BMKG Yogyakarta, Bambang Suryo Santoso mengatakan wilayah Yogyakarta akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2014. Musim hujan tersebut masih dikategorikan normal.
Namun, musim hujan tersebut berpotensi mengalami gangguan cuaca jangka pendek seperti perubahan pola angin, tekanan udara rendah, dan badai tropis di Samudera Hindia.