REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peserta Konvensi Calon Presiden (Capres) Partai Demokrat Endriartono Sutarto mendorong pembangunan di sektor pertanian. Ia juga menginginkan adanya perhatian lebih kehidupan para petani di Indonesia.
Endriartono mengatakan, pertanian harus menjadi salah satu fokus pembangunan negara ini. Termasuk kesejahteraan para petani. "Petani ini termasuk bagian kelompok yang hidup kurang dari Rp 10 ribu per hari," kata dia, dalam temu media, di Sekretariat Komite Konvensi Capres Partai Demokrat, Senin (6/1).
Menurut Endriartono, pemerintah harus bisa membantu mengangkat kehidupan para petani. Salah satunya dengan menyediakan lahan garapan bagi para petani. Berdasarkan data yang dikumpulkannya, ia menyebut, banyak petani yang hanya menguasai 0,3 hektare lahan. "Padahal untuk bisa menghidupi keluarganya minimal dua hektare," kata mantan Panglima TNI itu.
Dengan penguasaan lahan di bawah dua hektare, Endriartono menilai, petani hanya bisa mempertahankan hidup. Akan tetapi, ia mengatakan, petani itu tidak akan mempunyai penghasilan yang cukup untuk keluarganya. Misalnya, untuk menyekolahkan anak-anak. Saat ini, menurut dia, masih ada sekitar 12 juta petani kelas gurem yang penguasaan lahannya tidak lebih dari setengah hektare.
Endriartono mengusulkan pemerintah untuk menyediakan lahan bagi para petani. Ia mengatakan, pemerintah bisa membuat kebijakan bagi tanah yang tidak termanfaatkan dalam jangka waktu tertentu. Menurut dia, negara bisa mengambil tanah itu untuk diberikan kepada tani sebagai lahan garapan. "Agar tanah itu produktif," kata dia.
Menyejahterakan petani dan membuat lahan produktif, menurut Endriartono, menjadi faktor pendukung negara ini memiliki ketahanan pangan. Jangan sampai karena tidak sejahtera, menurut dia, petani beralih profesi. Sementara di sisi lain, lahan pertanian pun kian menyusut. "Kita harus membantu mengangkat kehidupan para petani. Mereka itu pahlawan sesungguhnya," ujar dia.
Endriartono mengatakan, penguatan sektor pertanian ini untuk mendorong ketahanan panganan nasional. Ia miris melihat Indonesia harus mengimpor bahan pangan. "Kita berada di suatu tempat, yang orang mengatakan tongkat sekalipun ditancapkan akan tumbuh menjadi pohon. Maka tidak wajar kalau kemudian kita harus impor produk-produk pertanian," kata Panglima TNI periode 2002-2006 itu.
Selain sektor pertanian, Endriartono juga menekankan untuk meningkatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta koperasi. Ia mengatakan, UMKM sudah menjamur di perkotaan. Ia berharap, pemerintah bisa mengangkat UMKM ini sehingga bisa menjadi usaha yang tumbuh lebih besar. "Bisnisnya semakin hari tumbuh besar akan mendorong pertumbuhan ekonomi kita," ujar dia.