REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ini peringatan untuk Partai Golkar. Elektabilitas Partai Golkar mengalami penurunan selama empat bulan terakhir.
Dalam survei yang dilakukan lembaganya, menurut peneliti muda Burhanuddin, elektabilitas Partai Golkar yang semula di kisaran 23 persen turun menjadi 17,5 persen di Desember 2013. "Dugaan kami ini efek dari sejumlah kasus hukum yang dialami Golkar. Terutama kasus Ratu Atut yang mendapat cover informasi begitu kuat," ungkap Burhan, dalam diskusi di Warung Daun Jakarta Selatan, Sabtu (4/1). Posisi teratas di tempati oleh PDI Perjuangan dengan elektabilitas 21 persen.
Burhanuddin mengatakan dalam hal pilpres, Golkar juga mengalami kondisi yang dilematis. Golkar sudah melakukan berbagai cara untuk memenangi Pilpres, seperti melalui konvensi maupun Rapimnassus. Dalam konvensi yang dimenangi Wiranto maupun rapimnassus yang diusung Jusuf Kalla, tetap saja Partai Golkar kalah. "Kalau sekarang yang digunakan adalah melalui survei untuk capres Golkar, maka Aburizal yang tertinggi. Persoalannya Golkar tidak memiliki pilihan banyak untuk menandingi tokoh lain di luar partai yang punya popularitas tinggi," papar Burhanuddin.
Burhan menyitir pendapat Jusuf Kalla yang mengatakan bahwa Golkar ini ibarat orkestra. Sehingga Golkar tidak memiliki tokoh yang kuat sekali, karena kekuatan Golkar itu terbagi-bagi di banyak tokoh.
Advertisement