Sabtu 04 Jan 2014 15:25 WIB

Elektabilitas Golkar Anjlok dalam Empat Bulan Terakhir

Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kanan) didampingi para petinggi partai saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimas) V Partai Golkar di Jakarta, Jumat (22/11).
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kanan) didampingi para petinggi partai saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimas) V Partai Golkar di Jakarta, Jumat (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ini peringatan untuk Partai Golkar. Elektabilitas Partai Golkar mengalami penurunan selama empat bulan terakhir. 

Dalam survei yang dilakukan lembaganya, menurut peneliti muda Burhanuddin, elektabilitas Partai Golkar yang semula di kisaran 23 persen turun menjadi 17,5 persen di Desember 2013. "Dugaan kami ini efek dari sejumlah kasus hukum yang dialami  Golkar.  Terutama kasus Ratu Atut yang mendapat cover informasi begitu kuat," ungkap Burhan, dalam diskusi di Warung Daun Jakarta Selatan, Sabtu (4/1). Posisi teratas di tempati oleh PDI Perjuangan dengan elektabilitas 21 persen.

Burhanuddin mengatakan dalam hal pilpres, Golkar juga mengalami kondisi yang dilematis. Golkar sudah melakukan berbagai cara untuk memenangi Pilpres, seperti melalui konvensi maupun Rapimnassus. Dalam konvensi yang dimenangi Wiranto maupun rapimnassus yang diusung Jusuf Kalla, tetap saja Partai Golkar kalah. "Kalau sekarang yang digunakan adalah melalui survei  untuk capres Golkar, maka Aburizal  yang tertinggi. Persoalannya Golkar tidak memiliki pilihan banyak untuk menandingi tokoh lain di luar partai yang punya popularitas tinggi," papar Burhanuddin.

Burhan menyitir pendapat Jusuf Kalla yang mengatakan bahwa Golkar ini ibarat orkestra. Sehingga Golkar tidak memiliki tokoh yang kuat sekali, karena kekuatan Golkar itu terbagi-bagi di banyak tokoh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement